Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspansi lewat strategi akuisisi ramai digelar emiten hingga pertengahan tahun 2023. Tak hanya untuk keberlanjutan bisnis, aksi korporasi ini turut memoles pergerakan saham emiten yang terlibat di dalamnya.
Saham emiten yang mengakuisisi maupun diakuisisi berpotensi terpapar sentimen positif, meskipun bukan dalam jangka yang panjang. Tengok saja saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) yang pekan lalu telah bangkit dari tidur lelapnya di level gocap.
Saham DEWA tersengat kabar masuknya Grup Salim ke emiten kontraktor tambang yang terafiliasi dengan Grup Bakrie tersebut.
Pada perdagangan Rabu (14/6), saham DEWA terbang 22% ke level Rp 61, meski setelah itu gerak sahamnya kembali berfluktuasi.
Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) Berbalik Cetak Laba US$ 8,57 juta pada Kuartal I-2023
Sebelumnya ada PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) yang pada akhir Maret 2023 lalu turut mengambil alih usaha Mercedes-Benz AG di Indonesia. Akuisisi ini dilakukan bersama Inchcape Motors Private Limited, dimana Inchcape mengakuisisi 70%, dan IMAS mengemas 30%.
Aksi ini membuka momentum lonjakan harga saham IMAS yang sempat meroket hingga ke level Rp 3.200 pada bulan Mei, meski setelah itu kembali melandai. Soal langkah ekspansi, sejumlah emiten tak mau ketinggalan. Salah satu yang getol adalah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).
Pada 27 Februari lalu, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini mengakuisisi dua entitas usaha dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Yakni 70% saham di Krakatau Daya Listrik (KDL) dan 49% saham di Krakatau Tirta Industri (KTI).
TPIA lanjut ekspansi di sektor infrastruktur energi. Melalui KDL, TPIA siap menanamkan investasi di PT Krakatau Posco Energy (KPE) dengan nilai mencapai US$ 200 juta. Aksi ini dilakukan lewat penambahan kepemilikan saham KDL di KPE dan mendukung ekspansi pembangkit listrik baru.
Di sektor tambang nikel, akusisi juga ramai. Ada emiten Grup Astra, PT United Tractors Tbk (UNTR) yang melalui anak usahanya mengakuisisi 19,99% saham Nickel Industries Limited (NIC).
Selain itu, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mengakuisisi 60% saham produsen nikel matte, PT Huaneng Metal Industry (HNMI).
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengamati ekspansi lewat strategi akuisisi dapat menjadi katalis positif untuk menggerakkan saham emiten. Langkah ini bisa mempengaruhi persepsi atau ekspektasi investor atas prospek keberlanjutan bisnis emiten.
Hanya saja, dampaknya akan berbeda pada setiap saham, baik yang mengakuisisi maupun diakuisisi. Katalis positif akan makin kuat jika yang melakukan akuisisi adalah grup bisnis besar dengan reputasi mentereng.
Namun, investor perlu cermat lantaran sentimen positif bisa saja hanya berlaku sementara.
"Bisa jadi lebih bersifat temporer karenainvestor akan kembali pada penilaian fundamental terhadap emiten tersebut dan murah atau mahalnya valuasi saham," kata Nico kepada Kontan.co.id, Senin (19/6).
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora menyoroti soal momentum, yang memegang peranan penting dalam akuisisi. Jika aksi ini menyasar perusahaan dengan bisnis yang sedang cemerlang, maka akan cukup signifikan memoles prospek emiten.
Meski perlu dicatat, buah manis dari akuisisi terhadap kinerja emiten umumnya akan terjadi dalam jangka menengah hingga panjang. Andhika melihat akuisisi pada perusahaan nikel masih dalam momentum menarik sebagai bagian dari pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik.
"Apabila akuisisi berjalan dengan baik, ke depan dampaknya membuat kinerja keuangan bagus, lalu akan membuat pergerakan saham naik," kata Andhika.
Momentum Beli dan Jual
Soal momentum, pelaku pasar juga dituntut cermat untuk menilai waktu masuk dan keluar pada saham yang terlibat aksi akuisisi. Kapan momentum beli sebelum harga melejit, kapan waktu taking profit agar bisa meraup cuan dan tidak tersangkut.
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto menekankan penting melihat respons pasar saat kabar atau pengumuman akuisisi tersiar. Menurut William, analisa teknikal menjadi krusial. Usahakan masuk secara buy on weakness.
Dalam memprediksi tren penguatan akan berlanjut atau berhenti, lihat juga volume transaksinya.
Baca Juga: Jual Portofolio Konsumer Konvensional, Stanchart Beralih Garap Kredit Digital
"Selama perdagangan masih ramai berarti trennya masih panjang. Jika penguatan signifikan namun volume menipis itu biasanya indikasi koreksi," sebut William.
Nico sepakat, analisa teknikal penting untuk menangkap sinyal time to buy. Sedangkan untuk profit taking, perlu dikombinasikan dengan exit strategy. Tentukan pada level persentase keuntungan atau harga berapa saham siap dilepas, sebelum terjadi fluktuasi atau pembalikkan tren.
Di antara emiten menggelar akuisisi, Nico merekomendasikan UNTR dengan target harga Rp 25.400 dan support di Rp 22.500. Andhika menjagokan saham emiten yang ekspansi di bisnis nikel, yakni UNTR dan MBMA. Sedangkan William menyematkan buy untuk UNTR dan wait and see bagi TPIA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News