Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten yang berstatus badan usaha milik negara (BUMN) telah melaporkan kinerja keuangan periode semester pertama 2022. Hasilnya, emiten perbankan dan pertambangan mencatatkan kinerja yang ciamik.
Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menilai, emiten tambang BUMN menarik dicermati untuk jangka panjang. Prospek ini terkait pengembangan kendaraan listrik dan komponennya.
“Emiten perbankan masih oke karena kenaikan suku bunga acuan berpotensi hingga 100 basis points (bps) hingga akhir 2022. Jadi akan menambah pendapatan bank,” terang Cheril kepada Kontan.co.id,Senin (5/9).
Di sisi lain, kinerja emiten BUMN yang berkaitan dengan sektor konstruksi masih bervariasi sepanjang semester pertama. Ada yang mencatatkan pertumbuhan laba, penurunan laba, maupun pertumbuhan laba yang konservatif.
Baca Juga: Perdagangan Senin (5/9), BNI Sekuritas Sarankan Saham BMRI, UNTR, DOID, dan WIKA
Menurut Cheril, kinerja emiten BUMN konstruksi nampaknya akan mulai pulih. Hal ini karena pemerintah serius dengan proyek ibu kota negara (IKN) dan mulai menjalankan pembangunan secara bertahap.
Di sisi lain, emiten di sektor konstruksi juga dipoles oleh sentimen potensi anggaran infrastruktur yang lebih tinggi tahun depan.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Muhammad Naufan Yunas menyebut, pemerintah akan mengalokasikan sekitar Rp 368 triliun sampai Rp 418 triliun untuk anggaran infrastruktur tahun depan. Anggaran ini naik sekitar 14% dari anggaran 2022.
Sekitar 7% dari angka ini mencakup anggaran untuk pembangunan ibu kota negara, yakni sebesar Rp 27 triliun sampai Rp 30 triliun.
Naufan mempertahankan rating overweight terhadap sektor konstruksi dengan menimbang empat faktor pendukung.
Pertama, adanya kepastian atas pengembangan proyek-proyek.
Kedua, pertumbuhan kontrak baru yang tinggi di luar proyek-proyek di IKN.
Baca Juga: IHSG Naik 0,76% ke 7.231 Pada Senin (5/9), Sektor Energi Melonjak 3,83%
Ketiga, dukungan pemerintah dalam peningkatan likuiditas dan profitabilitas proyek.
Keempat, saham emiten konstruksi memiliki valuasi yang tidak mahal alias murah.
BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan beli saham PT Adhir Karya Tbk (ADHI) dengan target harga Rp 1.600, buy saham PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) dengan target harga Rp 1.200, buy saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan target harga Rp 1.300, dan buy saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dengan target harga Rp 1.000.
Sementara itu, Cheril merekomendasikan buy saham ADHI dengan target harga Rp 900, buy saham PT Timah Tbk (TINS) dengan target harga Rp 1.590, dan beli saham PT Bank Negara Indonesia Tbki (BBNI) dengan target harga Rp 9.950.