kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Simak Rekomendasi Saham Blue Chip Saat IHSG dalam Tren Melemah


Selasa, 19 November 2024 / 07:15 WIB
Simak Rekomendasi Saham Blue Chip Saat IHSG dalam Tren Melemah
ILUSTRASI. Para analis memberikan rekomendasi saham blue chip saat IHSG masuk dalam tren melemah


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham berkategori blue chip koreksi seiring dengan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tampak dari penurunan indeks saham LQ45 yang anjlok 0,45% saat IHSG terperosok 0,38% pada Senin (18/11).

Jika dihitung sejak awal tahun 2024, LQ45 sudah terjun sedalam 10,59%. LQ45 menjadi salah satu indeks saham yang mengakumulasi penurunan paling dalam. Jauh di atas IHSG yang mengalami penurunan sebanyak 1,90% secara year to date.

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Dimas Krisna Ramadhani mengamati faktor terbesar yang menekan saham blue chip adalah aksi jual atau arus dana keluar (capital outflow) dari investor asing.

Catatan Dimas, sejak 1 Mei 2024 capital outflow banyak menyasar saham big bank, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

Memasuki kuartal IV-2024, investor asing masih banyak melepas saham big bank, yaitu BBRI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan BMRI.

Baca Juga: Menilik Nasib Emiten Komoditas Seusai Pilpres AS

"Saham yang menjadi pemberat indeks otomatis yang mengalami outflow terbanyak. Outlook kinerja saham blue chip akan sangat bergantung terhadap aksi pembelian atau penjualan oleh investor asing," jelas Dimas kepada Kontan.co.id, Senin (18/11). 

Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo menambahkan, capital outflow dan pelemahan blue chip juga terseret oleh sejumlah faktor. Pertama, indeks dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat seiring dengan ekspektasi dari kebijakan Presiden AS terpilih, Donald Trump.

Secara bersamaan, nilai tukar rupiah melemah akibat penguatan dolar.

Kedua, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada bulan Desember menurun. Ketiga, laporan keuangan kuartal III-2024 sejumlah emiten big cap menunjukkan tanda-tanda perlambatan kinerja.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menyoroti faktor utama penyebab capital outflow adalah stimulus ekonomi di China dan terpilihnya Donald Trump dalam Pemilihan Presiden AS.

Situasi ini membawa ekspektasi atau outlook  laju pertumbuhan ekonomi kedua negara adidaya tersebut dapat lebih kencang.

"Hal ini membuat sebagian investor mengalihkan investasinya dari negera berkembang termasuk Indonesia, untuk masuk ke kedua negara tersebut," ujar Pandhu.

Dari dalam negeri, investor masih meraba ke mana arah kebijakan pemerintah baru di bawah  kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Optimisme pasar sempat melambung hingga mendongkrak IHSG pada bulan September lalu.

Baca Juga: IHSG Terkoreksi, Cek Saham-Saham Favorit Asing di Awal Pekan, Senin (18/11/2024)

Kemudian, sebagian investor cenderung melakukan profit taking sambil melihat perkembangan ekonomi. Apalagi, beberapa indikator makro menunjukkan pelemahan. Mulai dari laju pertumbuhan ekonomi, daya beli, hingga nilai tukar rupiah.

Meski sedang tertekan, Head of Investment Heksa Solution Insurance Agung Ramadoni melihat saham-saham blue chip dan indeks LQ45 masih punya peluang untuk memperbaiki performa di pengujung tahun 2024.

Apalagi secara musiman, biasanya akan ada katalis positif dari aksi window dressing sampai dengan awal tahun depan.

"Katalis yang dapat diharapkan adalah valuasi yang sudah mulai atraktif, teknikal sudah jenuh jual, dan harapan pemangkasan suku bunga masih akan berlangsung," kata Agung. 

Pengamat Pasar Modal & Founder WH Project William Hartanto sepakat, ada harapan saham blue chip akan kembali bersinar seiring dengan meredanya tekanan jual dari investor asing. Minat beli bisa kembali bersamaan dengan kinerja emiten yang biasanya akan tumbuh di akhir tahun.

Namun, William mengingatkan agar pelaku pasar tetap selektif dan berhati-hati. Sebab, IHSG masih dalam fase pengujian support di level 7.080. Jika tertembus, maka IHSG akan anjlok ke area 7.000 hingga 6.968. Apabila bertahan, IHSG bisa melaju lagi ke level 7.200.

William menyarankan, jangan asal beli saham blue chip meski harga tampak sudah terdiskon. Pilih saham yang secara teknikal mulai ada konsolidasi sehingga terbentuk support - resistance yang terukur. Kemudian, volume perdagangan harian yang menunjukkan tekanan sual sudah berkurang.

Jika sebelumnya diiringi sentimen negatif, maka pilih saham yang sentimennya sudah mereda. Di antara saham blue chip LQ45, William menyarankan buy on weakness saham BBRI, BMRI, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Sarana Menara Nusantra Tbk (TOWR), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). 

 
TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×