Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten bank diprediksi membaik pada kuartal 1 tahun 2023 menyusul rilis laporan keuangan tahun 2022 yang positif.
Analis MNC Sekuritas Tirta Citradi mengatakan, ada potensi harga saham bank-bank besar mendapatkan katalis positif dari earnings result tahun 2022 lalu.
Kenaikan laba sejumlah bank-bank besar, kata Tirta, disebabkan oleh kredit meningkat, strategi low-cost funding yang tetap jalan di tengah kenaikan suku bunga, dan perbaikan kualitas aset. Sehingga pencadangan manageable dan ada ekspektasi kenaikan dari sisi dividen baik secara nominal maupun payout.
“Story dividen bisa menjadi katalis positif untuk harga saham big-banks di Q1 2023, apalagi indeks saham global mulai membaik dengan adanya ekspektasi Fed tak seagresif tahun lalu di tengah tren disinflasi global,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (3/2).
Tirta mengatakan, laba bersih BBCA pada Q4 tahun 2022 meningkat sebesar 8% menjadi Rp 11,78 triliun.
Baca Juga: Melongok Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham Perbankan di 2023
Pertumbuhan operational expenditure (opex) BBCA sebesar 6,8% QoQ dan melonjaknya provisioning expense 218,5% QoQ masih dapat diimbangi oleh ekspansi Net Interest Margin (NIM) sebesar 50 bps QoQ, karena Current Account Saving Account (CASA) mencapai 81,6%.
Lalu, Cost of fund (CoF) yang lebih rendah didorong oleh kontraksi term deposit (TD) sebesar 1,7% QoQ di saat CASA tetap tumbuh sebesar 2,1% QoQ.
“Selain itu, dengan pertumbuhan pinjaman sebesar 4,3% QoQ di tengah kenaikan suku bunga telah mendorong net interest income (NII) meningkat sebesar 10,6% QoQ,” ungkapnya dalam riset MNC Sekuritas tertanggal 31 Januari 2023.
Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya mengatakan, meskipun pertumbuhan laba sektor perbankan pada November 2022 menurun secara MoM, mampu membukukan pertumbuhan laba yang kuat, yaitu sebesar 44,6% YoY.
“Ini sesuai dengan harapan kami. Cost of credit (CoC) yang lebih rendah menjadi 1,6% pada September 2022, sehingga mendorong pertumbuhan laba bersih yang kuat,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (3/2).
Andrey mengatakan, laba BMRI pada tahun 2022 melebihi ekspektasi, karena pertumbuhan pinjaman meleset, NIM lebih tinggi, dan biaya kredit berada di ujung bawah ekspektasi.
Menurut Andrey, lintasan Return On Equity (ROE) BMRI tahun 2023 akan tetap positif. Sebab, strategi BMRI untuk fokus pada rantai nilai ekosistem akan mendukung pertumbuhan pinjaman dan menjaga kualitas aset tetap sehat.
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (6/2)
“NIM harus memperluas lebih jauh pada repricing pinjaman bertahap sementara inovasi digital progresif akan mempertahankan rasio CASA,” ungkapnya.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Erni Marsella Siahaan mengatakan, laba bersih BBNI pada tahun 2022 tercatat mengaggumkan, yaitu tumbuh sebesar 68% YoY menjadi Rp18,3 triliun.
NII BBNI tumbuh 8% YoY, sementara laba operasi pra-provisi (PPOP) naik 11% YoY dan sejalan dengan perkiraan berkat pertumbuhan fee income. Biaya penyisihan BBNI juga turun sebesar 37% YoY di FY22.
“Secara triwulanan, pendapatan sedikit turun sebesar 5% QoQ, sebagian besar disebabkan oleh sedikit kenaikan biaya provisi sebesar 2% QoQ,” ujarnya dalam riset Ciptadana Sekuritas Asia tertanggal 26 Januari 2023.
Menurut Erni, banyak bank melakukan penyesuaian suku bunga di Q4 2022 yang dapat mengorbankan NII mereka.
“Namun, BBNI menghasilkan pertumbuhan NII QoQ sebesar 5% di Q4 2022 dan NIM datar di 5,3% QoQ, karena kenaikan CoF dapat diimbangi dengan penyesuaian suku bunga pinjaman,” ungkapnya.
Analis CGS CIMB Handy Noverdanius mengatakan, skema baru Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ditetapkan oleh Menko Perekonomian mempengaruhi kinerja BBRI tahun ini.
Menurut Handy, skema KUR dapat membantu memigrasikan peminjam ke pinjaman komersial, yaitu Kredit Umum Pedesaan (Kupedes). Namun demikian, ada beberapa hal yang dapat menimbulkan kekhawatiran.
Pertama, kemampuan BBRI dalam membayar kembali ke nasabah jika para nasabah harus membayar suku bunga yang lebih tinggi di tahun-tahun berikutnya. Sebab, tarif yang dibayarkan untuk Kupedes adalah 19%, yaitu sekitar tiga kali lipat tarif KUR.
Baca Juga: Kinerja Emiten Bank Diprediksi Makin Membaik Membaik Tahun Ini
Kedua, BBRI bisa saja menurunkan penyaluran pinjamannya agar sesuai dengan ukuran dompet peminjam, sehingga nasabah diperbolehkan membayar cicilan bulanan yang sama.
“Namun, BBRI perlu meningkatkan jumlah peminjam secara agresif untuk meningkatkan buku pinjaman,” ujarnya dalam riset CGS CIMB tertanggal 20 Januari 2023.