kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Simak rekomendasi para analis untuk saham Tower Bersama (TBIG)


Minggu, 16 Juni 2019 / 17:25 WIB
Simak rekomendasi para analis untuk saham Tower Bersama (TBIG)


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten menara telekomunikasi berpotensi mencatat kinerja solid pada 2019. Hal ini sejalan dengan upaya operator telekomunikasi untuk terus meningkatkan kapasitas jaringannya.

Per kuartal I-2019, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG, anggota indeks Kompas100 ini) mencatatkan pendapatan Rp 1,31 triliun. Angka ini naik 27% dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,03 triliun.

Kemudian, laba bersih periode berjalan TBIG per kuartal I-2019 turun 3% secara tahunan menjadi Rp 236,32 miliar. Sebelumnya, laba bersih periode berjalan menjadi Rp 229,3 miliar.

Penurunan laba ini disebabkan oleh meningkatnya beban pajak penghasilan, dari Rp 3,91 miliar menjadi Rp 73,94 miliar.

Sepanjang kuartal I-2019, emiten ini juga merealisasikan 510 tenant baru dengan rincian 127 menara dan 383 kolokasi. Sebagian besar tenant baru ini adalah untuk jaringan 4G.

Hingga akhir 2019, TBIG menargetkan bisa menambah 3.000 tenant baru yang terdiri dari pembangunan 1.000 menara baru dan kolokasi 2.000 menara.

Sebagai informasi, kolokasi adalah layanan di mana operator telekomunikasi menyewa menara yang sudah dimiliki perusahaan menara telekomunikasi.

Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan, sebanyak 3.000 tenant baru tersebut akan dibangun di Jawa dan luar Jawa. “Kalau yang untuk menara baru, lebih dari 50% dibangun di luar Jawa, terutama Sumatera dan Kalimantan,” kata Helmy saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (15/6).

Menurutnya, hal ini seiring dengan upaya operator telekomunikasi untuk memperluas jaringan 4G ke luar Jawa.

Ia mengatakan, peluang bisnis menara telekomunikasi masih bagus. Alasannya, masih banyak wilayah di Indonesia yang membutuhkan layanan 4G.

“Kualitas sinyal juga belum ideal sehingga para operator telekomunikasi masih akan berusaha memperbaiki kualitas layanan mereka dengan menambah base transceiver station (BTS),” ucap dia.

Sementara itu, sepanjang triwulan pertama 2019, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mencatatkan pendapatan Rp 1,48 triliun.

Angka ini naik 8,8% dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,36 triliun. Sebaliknya, laba bersih menurun 9,8% dari Rp 518,7 menjadi Rp 472,46 miliar.

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, Wakil Direktur Utama TOWR Adam Gifari mengatakan, perusahaannya akan menambah jaringan serat optik di kuartal III tahun ini.

TOWR berencana menambah 13.600 kilometer jaringan serat optik baru terutama di Jawa dan Sumatera. Perusahaan ini memiliki pipeline pembangunan serat optik sepanjang 27.000 kilometer. Dari situ, TOWR berharap pendapatan perusahaan bisa tumbuh 10% tahun ini.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×