kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak rekomendasi para analis untuk saham ICBP


Selasa, 18 April 2017 / 20:04 WIB
Simak rekomendasi para analis untuk saham ICBP


Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) terus memperkuat lini bisnisnya. Caranya dengan terus melakukan diversifikasi varian produk, untuk itu tahun ini dianggarkan capital expenditure sebesar Rp 4,6 triliun.

Saat ini ICBP memproduksi berbagai produk konsumer yang meliputi mie instan, dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan makanan khusus serta minuman. ICBP juga menjalankan kegiatan usaha kemasan baik fleksibel maupun karton. Hingga kini telah menghasilkan 40 merek produk terkemuka di Indonesia.

Emiten ini juga didukung oleh jaringan distribusi yang ekstensif dari perusahaan induk dan kegiatan operasionalnya telah dijalankan oleh lebih 50 pabrik yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia sehingga distribusi produk lebih dekat. Selain itu, produk-produk ICBP juga telah hadir di lebih dari 60 negara di dunia.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambaada mengatakan, ICBP menyiapkan anggaran capex senilai Rp 4,6 triliun yang akan digunakan untuk melakukan pertumbuhan secara organik melalui diversifikasi varian produk, penambahan kapasitas pabrik, dan operasional lainnya.

"Segmen mie instan masih akan menjadi kontributor terbesar ICBP, dimana kontribusinya mencapai 70%," ujarnya kepada KONTAN beberapa waktu lalu.

Tahun ini ICBP memasang target cukup konservatif, untuk segmen mie instan ditargetkan volume penjualan naik 1%-3%, segmen dairy naik 9%-11%, segmen makanan ringan naik 15%-17%, segmen penyedap makanan naik 4-6%, segmen nutrisi dan makanan khusus naik 6-8% dan segmen minuman naik 15-20%.

Untuk mencapai target tersebut ICBP melakukan variasi produk terutama produk mie instan. Dimana Indofood saat ini memiliki banyak merek mie seperti Indomie, Sarimie, Pop Mie, Sakura, Pop Bihun dan Mie Telor Cap 3 Ayam. Dan setiap merek mempunyai varian seperti Indomie rasa ayam spesial, Indomie rasa soto mie, Indomie rasa baso sapi dan yang terbaru Indomie real meat.

"Untuk produk dari Indomie telah memiliki 10 varian di mana masing-masing varian memiliki berbagai sub varian dengan berbagai macam rasa," ujar Reza kepada KONTAN, beberapa waktu lalu.

Tidak hanya cukup dari produk mie instan, ICBP juga memiliki varian produk dari dairy atau susu olahan berupa susu kental manis, susu cair, susu bubuk, es krim, dan mentega.

Dari segmen makanan ringan, ICBP juga memiliki berbagai varian seperti Chitato, Lays, Chiki, Cheetos, dan lainnya. Dari segmen penyedap makanan telah memproduksi kecap, sambal, dan bumbu-bumbu masak dengan berbagai varian merek.

Lalu pada segmen nutrisi dan makanan khusus yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan balita, serta ibu hamil dan juga ibu menyusui melalui merek Promina, Provita, SUN, dan Govit.

Terakhir segmen minuman yang merupakan kerja sama pembentukan Joint Venture dengan Asahi Group untuk memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan minuman non-alkohol dalam kemasan dengan produk Club, Tekita, Mirinda, Ichi Ocha, dan lainnya.

Sementara analis Trimegah Sekuritas, Christy Halim berpendapat meskipun daya beli masyarakat di kuartal satu ini masih lemah namun dia optimis di kuartal selanjutnya daya beli masyarakat akan kembali menguat dan tentunya kinerja ICBP tahun ini akan bisa pertumbuhan. "Terutama didukung oleh peluncuran produk-produk baru," ujarnya dalam riset 30 Maret 2017.

Rencananya ICBP akan fokus pada produk mie dengan melakukan variasi beberapa produk dan meningkatkan harga mie ke harga 2.000 per pack. Terutama fokus pada produksi mie rasa daerah yang memberikan rasa berbeda untuk daerah berbeda. Dan juga di tahun ini ICBP sudah meluncurkan produk Pop Mie Gemuk dengan dua rasa.

Sementara untuk produk minuman ICBP fokusnya selain pada variasi produk juga pada distribusi produk, sedangkan untuk segmen dairy tahun ini manajemen menurunkan volumenya menjadi 9-11% hal ini dikarenakan harga susu skim meningkat 26%.

Analis Indo Premier Securities, Kevin Rusli bilang tahun lalu ICBP membukukan penjualan sebesar Rp 34,46 triliun naik 8,6% dibanding tahun sebelumnya Rp 31,74 triliun. Sedangkan Untuk laba bersih mengalami kenaikan 20% menjadi Rp 3,6 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 3 triliun. Menurutnya, kinerja keuangan ini didorong oleh volume penjualan yang lebih baik.

Namun untuk tahun ini dia memprediksi laba bersih sektor dairy dan makanan ringan akan mengalami penurunan, masing-masing penurunannya yaitu sekitar 9% dan 11% selain karena rendahnya EBIT akibat ketatnya kompetisi juga karena naiknya harga bahan baku. "Untuk tahun ini ada beberapa tantangan untuk ICBP biaya bahan baku lebih tinggi seperti gula, susu skim dan kelapa sawit," paparnya dalam riset 27 Maret 2017.

Dengan itu dia memprediksi margin kotor di sepanjang 2017 lebih rendah sebesar 29,8% untuk itu Kevin merekomendasikan hold dengan target harga Rp 8.700. Sementara, Christy merekomendasikan neutral dengan target harga Rp 9.100 dan Reza merekomendasikan overweight dengan target harga Rp 10.145

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×