Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN) bakal mendiversifikasi portofolio bisnis usahanya ke bisnis ritel. Rencananya CPIN akan segera menyelesaikan akuisisi bisnis convenience store 7-Eleven dari PT Modern Internasional Tbk (MDRN) dengan nilai akuisisi mencapai Rp 1 Triliun.
Rencananya akuisisi ini akan selesai pada Juni 2017 mendatang setelah mendapatkan sejumlah persetujuan baik itu pemegang saham dari MDRN, kemudian dari induk perusahaan waralaba 7-Eleven yaitu Seven & I Holding Co. Ltd dan persetujuan dari pemerintah atas izin waralaba. Jika disetujui maka CPIN akan menjadi terwarlaba baru Sevel.
Analis Cpitadana Sekuitras Zabrina Raissa bilang diversifikasi yang dilakukan CPIN merupakan langkah pengembangan bisnis bagus dalam jangka panjang. CPIN dapat melengkapi portofolio bisnisnya dari bisnis sektor produksi ke sektor distribusi. "Ini akan mendukung bisnis makanan olahan dan minuman yang ada saat ini," ujar Zabrina dalam riset 25 April 2017.
Analis NH Korindo Sekuritas, Joni Wintarja bilang CPIN mempunyai beberapa divisi bisnis dalam perusahaannya, di mana divisi terakhir adalah bagian hilir untuk processed Chicken. Akuisis 7-Eleven tentunya bernilai positif untuk jaringan distribusi processed Chicken. Dan ini akan terasa dampaknya dalam jangka panjang.
Terjadinya kelebihan pasokan ayam pada 2016 dan pada awal tahun 2017 menyebabkan harga jual day old chicken (DOC) turun di bawah harga produksi, tentunya ini sangat memukul emiten perunggasan termasuk CPIN. Ditambah lagi daya beli masyarakat pada awal tahun ini melemah, namun saat ini harga mulai berangsur membaik sejak pemerintah mengintervensi produksi DOC.
Zabrina bilang setelah pemerintah menerbitkan peraturan yang tertuang dalam keputusan menteri pertanian No 3035/2017 harga mulai berangsur membaik. Peraturan ini untuk mengatasi kelebihan pasokan DOC dengan melakukan pengurangan hingga 8% dari total produksi secara bertahap. Saat ini produksi DOC mencapai 63 juta per minggu dengan adanya peraturan ini peredaran akan dikurangi hingga 5 juta.
Namun saat ini masalah beralih pada sektor pakan ternak, sejak pemerintah memutuskan untuk membatasi impor jagung, harga jagung lokal terus-menerus mengalami lonjakan, tentunya ini menjadi sentimen negatif bagi CPIN. Sebab, kenaikan harga jagung lokal akan memicu tingginya harga pakan unggas. "Dan ini mengarah pada kenaikan rantai industri seperti naiknya harga DOC dan makanan olahan," kata Joni.
Namun analis Samuel Sekuritas, Marlene Tanumihardja optimistis kinerja CPIN di tahun ini akan bagus yang didorong beberapa katalis di antaranya yaitu pertama daya beli masyarakat yang sudah mulai pick up sejak Maret. Kedua harga DOC dan broiler sudah mulai merangkak naik setelah adanya pengurangan produksi seiring intervensi dari pemerintah.
Ketiga ekspansi yang lebih konservatif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan keempat rupiah yang lebih stabil jika dibandingkan tahun 2015 dan 2016. "Dan capaian kinerja terutama laba bersih yang lebih baik jika dibanding dengan JPFA dan CPIN," ujar Marlene.
Dia juga memaparkan kinerja CPIN kuartal I tahun ini, Meskipun laba bersih turun 18% year on year (yoy) dibanding periode sama tahun lalu namun, CPIN masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar Rp 625 miliar dibandingkan rugi pada kuartal empat 2016 sebesar 272 miliar.
Meskipun laba bersih turun yoy, namun CPIN membukukan kenaikan pendapatan sebesar 33% yoy menjadi Rp 12 triliun.
Meskipun ada penurunan harga DOC pada Januari dan Februari namun tidak memberikan dampak negatif bagi perusahaan. Lemahnya daya beli masyarakat pada bulan tersebut juga tidak mempengaruhi kinerja top line.
Dengan itu, dia memprediksi pada kuartal-kuartal selanjutnya CPIN akan mencetak kinerja lebih baik, mengingat angka penjualan kuartal satu merupakan yang terendah (low base) dibanding kuartal lainnya.
Joni memprediksi hingga akhir tahun CPIN akan membukukan kenaikan pendapatan sebesar 11% menjadi Rp 42,47 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 38,25 triliun. Untuk laba bersih Joni memprediksi tumbuh 40,8% menjadi Rp 3,12 triliun dibanding tahun lalu Rp 2,22 triliun.
Untuk itu Zabrina merekomendasikan hold dengan target harga Rp 3.450 per saham. Sedangkan Joni merekomendasikan buy dengan target harga Rp 3.690 dan Marlene merekomendasikan buy dengan target harga Rp 4.500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News