kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak rekomendasi analis untuk Timah (TINS)


Senin, 20 Januari 2020 / 15:40 WIB
Simak rekomendasi analis untuk Timah (TINS)


Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis PT Timah Tbk di tahun lalu kurang mumpuni lantaran harga timah yang cenderung bearish di paruh kedua 2019. Meski begitu, para analis memprediksi kinerja timah di tahun ini bakal mentereng ditopang harga timah yang mulai membaik. 

Bahkan, Analis OCBC Sekuritas Inav Haria Chandra serta Kepala riset PT Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy masih merekomendasikan beli untuk perusahaan yang memiliki kode saham TINS.

Chandra beralasan, saham TINS masih memiliki beragam sentimen positif. Kontrol volume produksi timah yang telah dilakukan oleh TINS semenjak akhir tahun lalu dapat mengurangi jumlah pasokan timah di pasar global. Alhasil, harga timah akan bergerak naik karena suplai yang terbatas ini.

Baca Juga: Timah menjadi komoditas logam industri dengan kinerja terburuk di tahun 2019

TINS adalah produsen kedua terbesar di dunia. Jadi Yunnan Tin dan TINS menjadi penentu harga pasar,” kata dia, Senin (20/1).

Dengan adanya pembatasan produksi, harga timah dapat kembali rebound tahun ini. Bahkan harga timah diprediksi dapat tembus lebih dari US$ 20.000 per tonnya.

“Di tahun 2020, TINS dapat mencetak laba lagi karena dapat menyeimbangkan harga timah,” ujar dia.

Seperti diketahui, pada kuartal III-2019, pendapatan TINS berhasil melonjak 114,66% menjadi Rp 14,59 triliun. Namun, perusahaan pelat merah ini malah mencetak rugi bersih Rp 271,45 miliar dari sebelumnya laba bersih Rp 407,87 miliar di kuartal III-2018.

Selain pasokan yang berhasil dikontrol, permintaan timah diperkirakan bakal naik. Peningkatan permintaan terhadap solder merupakan imbas dari produksi white goods yang meningkat. White goods sendiri merupakan alat rumah tangga yang menggunakan listrik seperti tv, air conditioner (ac), mesin cuci, dan yang lainnya.

“Sudah ada kenaikkan produksi di tahun 2019 jadi efeknnya akan terasa di tahun 2020,” lanjut Chandra. 

Baca Juga: PT Timah (TINS) Menjalin Kongsi dengan BUMN Tanzania

Yanuar menambahkan, penguatan saham TINS ditopang oleh peningkatan produktivitas. Pembangunan smelter ausmelt dapat mendorong produktivitas TINS di tahun ini. Nantinya, teknologi ausmelt dapat mengolah timah dengan kualitas rendah.

Selain ausmelt, TINS juga sudah merampungkan proyek teknologi fuming pada Juli tahun lalu. Penerapan teknologi fuming pada furnace untuk melebur tin slag untuk meningkatkan nilai produktivitas. Melalui proyek fuming smelter, perusahaan BUMN ini mampu memproses kembali terak timah yang saat ini tidak bisa diambil dengan menggunakan tanur.

Yanuar memperkirakan TINS dapat membukukan pendapatan hingga Rp 19,58 triliun dan mencatatkan laba bersih mencapai Rp 606 miliar pada akhir 2020 mendatang.

Sementara itu, Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo masih menyarankan hold saham TINS. Menurutnya harga timah saat ini masih tidak menarik untuk dilirik. Sebagai catatan harga timah sendiri ditutup pada level US$ 17.810 per ton pada pekan lalu

"Prospeknya masih bisa mengalami volatilitas," kata dia. 

Menurutnya walaupun TINS memiliki kontrol produksi dan ekspor yang baik, selama harga timah tidak mengalami penguatan maka kinerja TINS tidak akan meningkat secara signifikan.

Chandra dan Yanuar yang merekomendasikan beli saham TINS memasang target harga di Rp 1.100 dan Rp 1.000 per saham. Sedangkan Thomas menargetkan harga TINS di level Rp 950 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×