Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham lapis dua dan tiga terpantau mengalami penurunan dari awal tahun hingga perdagangan Rabu (19/1). Jika melihat Indeks SMC Composite, tercatat terkoreksi sebesar 2,61% secara year to date (ytd).
Saham-saham yang menjadi pemberat indeks ini meliputi PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) dengan koreksi sebesar 55,95% ytd, disusul oleh saham PT Pollux Properties Indonesia Tbk (POLL) yang mencatatkan penurunan 53,44% secara ytd, dan saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) yang turun 41,47%.
Selain itu, saham PT Multipolar Tbk (MLPL) juga melemah hingga 39,46% ytd, PT Indosterling Technomedia Tbk (TECH) turun 32,79%, dan PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) melemah 28,82% ytd.
Head of Research Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas menyebutkan, penurunan indeks ini lantaran mayoritas sektor mengalami tekanan jual.
Baca Juga: Tiga Sentimen Ini Bakal Mempengaruhi Pergerakan IHSG pada Tahun 2022
Dilihat dari data BEI, hanya sektor energi dan sektor keuangan yang mencatatkan penguatan masing-masing 6,42% dan 3,19% yang memiliki total bobot 36% terhadap indeks tersebut. Sedangkan sektor lainnya mencatatkan penurunan.
“Minim sentimen positif menjadi alasan utama saham-saham indeks SMC mengalami penurunan,” tuturnya pada Kontan, Rabu (19/1).
Ke depannya, Sukarno melihat, beberapa saham lapis dua dan tiga memiliki prospek yang menarik. Terutama, saham yang sebenarnya memiliki peluang untuk tumbuh dan mempunyai valuasi yang masih tergolong murah dikarenakan sahamnya sudah turun dalam juga.
Beberapa saham SMC Composite yang mencatatkan kenaikan harga seperti PT Bank Amar Indonesia Tbk dengan pertumbuhan 88,14% secara ytd, kemudian PT Danasupra Erapacific Tbk (DEFI) meningkat 45,40%, dan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang naik 42,87%.
Baca Juga: Saham Second Liner dari Sektor Properti dan Konstruksi Dinilai Menarik di Tahun 2022
Sukarno menambahkan, untuk saham-saham yang sudah mengalami kenaikan signifikan membuat sahamnya dinilai mahal dan ada potensi untuk profit taking.