Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis menilai prospek saham-saham emiten barang konsumsi kemasan masih menarik sebagai pilihan investasi. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menyatakan, biasanya saham dari sektor tersebut menjadi pilihan investasi di saat sektor-sektor lain sedang dalam tekanan.
Sukarno menuturkan, sentimen positif untuk saham emiten barang konsumsi salah satunya jika ekonomi bisa pulih lebih cepat dan program vaksinasi berhasil. Dengan demikian, maka potensi daya beli kembali meningkat lagi.
“Sedangkan sentimen negatifnya saat ini berasal peningkatan bahan baku seiring kenaikan harga komoditas dan adanya depresiasi Rupiah. Karena terefleksi dengan kinerjanya rasio profit margin mayoritas dalam tren penurunan,” ungkap Sukarno pada Kontan, Minggu (3/10).
Dengan demikian, ia memprediksi kinerja di tahun ini mayoritas belum bisa kembali seperti ke fase sebelum pendemi. Pasalnya, per semester pertama tahun ini hanya ada PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang mencatatkan pertumbuhan kinerja baik dari pendapatan dan laba bersih.
Baca Juga: Kondisi ekonomi diprediksi membaik pada kuartal IV, saham-saham bisa dilirik
“INDF terbilang emiten berhasil tumbuh di tengah melemahnya daya beli di sektor ini dan penurunan secara year to date (ytd) paling rendah di antara ketiga emiten tersebut,” imbuh Sukarno.
Melihat data RTI, saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk melemah 8,76% secara ytd, sementara anak usahanya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) terkoreksi 13,05% ytd, kemudian PT Mayora Indah Tbk (MYOR) turun 12,92%, dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang anjlok 47,48% ytd.
Secara kinerja, Sukarno melanjutkan INDF terbilang lebih oke ketimbang emiten yang lain hingga semester pertama tahun ini. Pada semester pertama tahun 2021, pendapatan INDF tercatat sebesar Rp 47,29 triliun atau tumbuh 20% ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 39,38 triliun.
Seiring dengan itu, Indofood berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 3,43 triliun atau naik 21% dibandingkan semester I-2020 sebesar Rp 2,84 triliun. Selanjutnya kinerja anak usahanya yakni ICBP menyusul setelah INDF.
Secara valuasi, Sukarno menjelaskan sekarang ini saham INDF dan ICBP terbilang lebih murah dibandingkan MYOR dan UNVR jika dilihat dari rasio PBV. Sekarang ini saham INDF diperdagangkan dengan PBV 1,2 kali dan ICBP di 2,96 kali. Sedangkan PBV MYOR berada di 4,42 kali dan UNVR di 36,69 kali.
Baca Juga: Punya fundamental solid, simak rekomendasi saham produsen mamin berikut ini
Ia menyarankan pelaku pasar bisa trading buy saham INDF dengan target harga Rp 6.750 dan ICBP dengan TP Rp 9.025. “Sedangkan untuk MYOR dan UNVR masih wait and see. Terutama UNVR tren harganya masih terus dalam tren penurunan dan belum ada tanda-tanda akan pembalikan arah,” papar Sukarno.
Sukarno melihat level support UNVR berada di 3.800, jika tembus maka bisa lanjut turun ke level 3.500. Pada perdagangan Jumat (1/10) saham UNVR ditutup melemah 2,28% ke harga Rp 3.860.
Selanjutnya: Saham perbankan kompak menguat, BMRI dan BBRI jadi top pick Sucor Sekuritas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News