kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Proyeksi Pergerakan Rupiah untuk Perdagangan Kamis (11/8)


Rabu, 10 Agustus 2022 / 16:54 WIB
Simak Proyeksi Pergerakan Rupiah untuk Perdagangan Kamis (11/8)
ILUSTRASI. Rupiah spot ditutup pada level Rp 14.871 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan Rabu (10/8./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah spot ditutup pada level Rp 14.871 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan Rabu (10/8), melemah 0,12% dari sehari sebelumnya. Sementara itu, di Jisdor BI, rupiah juga melemah 0,009% ke level Rp 14.962 per dolar AS.

Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka mengungkapkan, mata uang utama bertahan stabil pada Rabu (10/8) menjelang data inflasi Amerika Serikat (AS). Menurutnya, pasar akan mencermati seberapa tajam Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.

Para ekonom memperkirakan inflasi AS akan ada di kisaran 8,7% sedikit turun dari 9,1% pada Juni. Inflasi inti diperkirakan sebesar 0,5% secara bulanan.

Baca Juga: Ini Sentimen yang Mempengaruhi Pelemahan Rupiah Hari Ini (10/8)

"Data inflasi China yang dirilis pada hari sebelumnya menunjukkan sedikit peningkatan inflasi konsumen, menjadi 2,7%, dan perlambatan pertumbuhan harga di tingkat pabrik," terangnya dalam riset, Rabu (10/8).

Dengan kondisi ekonomi global yang terus memanas baik di Eropa maupun Asia, membuat harga komoditas Kembali melambung bahkan harga minyak mentah dan gas alam yang lonjakannya begitu besar. 

Sehingga, kata Ibrahim hal ini berdampak terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan yang lebih spesifik adalah naiknya harga gandum dan pupuk.

Menurutnya, kenaikan harga komoditas belum begitu berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia karena harga-harga dalam negeri diatur oleh pemerintah. Pemerintah menggunakan berbagai instrumen fiskal termasuk pajak, subsidi dan insentif untuk mengatasi kondisi ini.

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) menjadi bantalan dan shock absorber untuk melindungi masyarakat terhadap melonjaknya harga-harga komoditas. Sebagai contoh, pemerintah menggunakan kebijakan pelarangan ekspor dan instrumen pajak ekspor untuk menstabilkan harga minyak goreng domestik akibat meningkatnya harga CPO di pasar internasional.

Di saat harga komoditas bergejolak, Indonesia mendapatkan berkah dari lonjakan harga tersebut dan ini menjadi bagian terpenting bagi pendapatan negara yang sampai saat ini bisa menopang subsidi dan konfensasi serta bisa menjaga ritme harga BBM bersubsidi, walaupun negara-negara lainnya menaikan harga BBM.

Baca Juga: Tak Bertenaga, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 14.875 Per Dolar AS pada Rabu (10/8)

Di tengah krisis energi saat ini, selain menambah anggaran subsidi, pemerintah juga berupaya agar penggunaan energi didalam negeri semakin efesien. Termasuk mendorong penggunaan kendaraan listrik dan itu mendapatkan banyak insentif.

Meskipun pertumbuhan ekonomi tidak terlalu tinggi, Ibrahim bilang, kebijakan pemerintah dapat hadir untuk melindungi lapisan masyarakat bawah sehingga masyarakat lebih sejahtera melalui kebijakan bauran strategi yang lebih inklusif.

Oleh karena, pemerintah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk subsidi dan kompensasi enargi di tahun 2022, yakni sebesar Rp 502 triliun. 

Meskipun demikian pemerintah masih memiliki nasib yang baik. Pasalnya di tahun 2022 ini, penerimaan meningkat karena mendapat rejeki nomplok dari kenaikan harga komoditas.

Untuk perdagangan Kamis (11/8), Ibrahim memprediksi mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.850-Rp 14.910.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×