Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana dalam negeri memang cukup menantang pada tahun ini. Namun, harapan adanya pemulihan ekonomi di tahun depan dipercaya dapat menggairahkan kembali industri reksadana.
Sebagai informasi, Infovesta 90 Equity Fund Index yang menjadi acuan kinerja rata-rata reksadana saham turun 12,35% (ytd) hingga akhir November 2020. Di periode yang sama, Infovesta 90 Balanced Fund Index yang mencerminkan kinerja rata-rata reksadana campuran turun 3,46% (ytd).
Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi (MMI) Alvin Pattisahusiwa mengatakan, penurunan kinerja reksadana saham dan campuran disebabkan oleh penurunan valuasi pasar akibat krisis pandemi Covid-19. Hal ini tercermin pula dari kinerja negatif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun 2020.
Baca Juga: Manajer investasi prediksi yield SUN turun lagi, reksadana pendapatan tetap masih oke
“Krisis juga mengakibatkan appetite investor masih bias ke asset class yang memiliki volatilitas lebih rendah seperti pasar uang ataupun obligasi durasi pendek,” ungkap dia, Sabtu (5/12).
Tak ayal, pemulihan di pasar obligasi relatif lebih cepat karena didukung oleh kondisi likuiditas dalam negeri yang sangat tinggi di tengah tren penurunan suku bunga acuan. Alhasil, sentimen ini mendorong yield obligasi untuk ikut turun.
Jika diperhatikan, memang benar bahwa kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap dan pasar uang masih stabil selama tahun ini.
Hal tersebut terbukti lantaran Infovesta 90 Fixed Income Fund Index atau indeks kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap naik 8,93% (ytd) per November 2020. Begitu pula dengan Infovesta 90 Money Market Fund Index atau indeks kinerja rata-rata reksadana pasar uang yang tumbuh 4,36% (ytd).
Baca Juga: Reksadana Manulife Dana Tetap Utama tumbuh 13,63% berkat SUN tenor panjang
MMI tetap menaruh harapan terhadap peningkatan kinerja reksadana saham di tahun 2021 nanti. Hal ini seiring adanya sejumlah katalis seperti program vaksinasi Covid-19 yang akan berjalan, pemulihan ekonomi dan stimulus dari pemerintah, reformasi lanjutan dari UU Cipta Kerja, hingga kondisi likuiditas global yang masih tinggi.
“Forecast kami untuk IHSG akan mencapai level 6.300 untuk tahun 2021,” ujar Alvin.
Setali tiga uang, Alvin melihat bahwa peluang berlanjutnya peningkatan kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap sangat terbuka di tahun depan. Hanya memang, potensi peningkatannya kemungkinan tidak setinggi tahun 2020. Ini mengingat penurunan yield obligasi lebih banyak terjadi di tahun 2020.
“Kami memandang fair yield obligasi 10 tahun di kisaran 5,75%-6% karena spread dengan US Treasury masih relatif lebar,” imbuh dia.
Selanjutnya: Kinerja Reksadana TRAM Strategic Plus unggul tersokong SUN durasi panjang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News