Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 43,33 poin atau 0,60% ke level 7.287,19 di akhir perdagangan Jumat (8/11). Namun, melansir RTI, IHSG turun 2,91% dalam sepekan.
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis melihat, IHSG sempat technical rebound lebih dari 1% ke 7.350 di awal perdagangan hari Jumat lalu. Sayangnya, IHSG ditutup dengan membentuk pola inverted hammer pada level 7287,19.
“Pergerakan tersebut mengindikasikan bahwa IHSG belum mampu keluar dari tekanan jual,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (8/11).
Pada awal perdagangan pekan depan, sentimen baru relatif masih minim. Pelaku pasar masih mencoba mencari bottom level pasca serangkaian peristiwa yang menekan keyakinan pasar.
Baca Juga: IHSG Jadi Indeks Saham Paling Jeblok Secara Global Hingga Jumat (8/11)
Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi melambat ke 4,95% secara tahunan alias year on year (yoy) di kuartal III 2024.
Sementara, dari eksternal, kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Amerika Serikat (AS) memicu kekhawatiran prospek ekonomi global dengan kebijakan proteksionisme.
Tekanan jangka pendek untuk IHSG juga berasal dari spekulasi stimulus fiskal tambahan dari Pemerintah China di akhir pekan lalu. Sebagai informasi, IHSG cenderung tertekan setiap kali China mengumumkan stimulus ekonomi.
“Pengumuman semacam ini selalu dikaitkan dengan kecenderungan aliran keluar dana asing dari pasar modal Indonesia,” paparnya.
Selain itu, sesuai perkiraan, FOMC dan statement Gubernur The Fed Jerome Powell meredam tekanan jual, namun tidak ada euphoria berlebihan. Nilai tukar rupiah masih lanjutkan penguatan ke Rp 15.665 per dolar AS sampai Jumat (8/11) sore.
Alrich memproyeksikan, IHSG pada perdagangan Senin (9/11) esok akan berada di level resistance 7.430 dan support 7.200, dengan pivot di level 7.330.
Baca Juga: Begini Proyeksi IHSG di Awal Pekan Depan Usai Melemah 2,91% di Pekan Ini
Saham-saham yang dapat diperhatikan investor antara lain ADMR, INCO, SSIA, ICBP, PNLF, ARTO, dan EMTK.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, penurunan kinerja IHSG pada pekan lalu dipengaruhi oleh beberapa hal.
Pertama, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Kebijakan proteksionisme untuk perkembangan ekonomi domestik AS diperkirakan akan berimbas ke emerging market, sehingga memicu adanya aliran keluar dana asing dari IHSG.
“Di sisi lain, The Fed telah memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) ke angka 4,75%,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (8/11).
Kedua, rilis data makro ekonomi Indonesia, yang mana produk domestik bruto (PDB) Indonesia relatif melandai ke angka 4,95% yoy per kuartal III 2024.
“Terakhir, pergerakan harga komoditas minyak yang menguat setelah OPEC mengumumkan akan menahan produksi hingga Desember 2024,” katanya.
Baca Juga: Enam dari 11 Indeks Sektoral di BEI Positif, IHSG Menghijau (8 November 2024)
Untuk Senin, Herditya memperkirakan, pergerakan IHSG berpeluang menguat terbatas dengan area support di level 7.243 dan resistance di level 7.314.
Sentimen pergerakan IHSG akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yaitu, pergerakan harga komoditas yang diperkirakan masih cenderung melemah, nilai tukar Rupiah yang rawan kembali melemah; serta investor juga masih menanti akan realisasi kebijakan pemerintahan baru AS.
“Untuk saham, investor dapat mencermati BBRI dengan target harga Rp 4.680 - Rp 4.850 per saham, HRUM Rp 1.225 - Rp 1.270 per saham, dan GOTO Rp 67 - Rp 71 per saham,” ungkapnya.
Selanjutnya: Penyebab Sinyal Wi-Fi Lambat, Salah Cara Memasang Router
Menarik Dibaca: Penyebab Sinyal Wi-Fi Lambat, Salah Cara Memasang Router
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News