Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Soho Global Health Tbk (SOHO) resmi melepas seluruh sahamnya di PT AstraZeneca Indonesia dengan nilai transaksi mencapai US$ 1,84 juta atau sekitar Rp 29,8 miliar.
Investment Analyst di Edvisor Profina Visindo, Indy Naila menilai, penjualan saham ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang perusahaan dengan tujuan untuk fokus ke segmen bisnis farmasi dan kesehatan.
“Dana juga bisa digunakan untuk ekspansi peningkatan produksi dan pelunasan utang. Jadi, penjualan saham digunakan untuk kombinasi strategi tersebut,” terang Indy pada Kontan, (26/5).
Pandangan serupa juga disampaikan oleh Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo yang menyebut ini adalah bentuk langkah strategis.
“Dana hasil penjualan saham tersebut juga bisa berpotensi untuk digunakan dalam investasi lain atau ekspansi. Jika dimanfaatkan maksimal, hal ini bisa berpotensi mendorong kinerja SOHO,” kata Azis.
Baca Juga: Moncer, Soho Global Health (SOHO) Cetak Laba Rp 133,2 Miliar di Kuartal I 2025
Selain itu, SOHO juga tercatat menerima dividen dalam jumlah besar dari anak usahanya. Yakni sebesar Rp 73 miliar dari PT Soho Industri Pharmasi (SIP) dan Rp 228 miliar dari PT Parit Padang Global (PPG).
Menurut Indy, arus kas yang diperoleh dari divestasi dan dividen ini akan memperkuat fundamental keuangan konsolidasian.
“Secara arus kas akan meningkat, dengan return on equity (ROE) yang naik dan debt to equity ratio (DER) yang turun. Diharapkan ke depan margin profitabilitas bisa meningkat,” katanya.
Meski begitu, keduanya sama-sama mengingatkan bahwa sektor farmasi dan consumer healthcare masih menghadapi sejumlah tantangan.
“Emiten farmasi dan consumer healthcare saat ini mengalami banyak tantangan dari daya beli yang melambat dan fluktuasi nilai tukar yang bisa menaikkan beban bahan baku. Kami melihat pertumbuhan kinerja akan cenderung konservatif dari top line maupun bottom line,” kata Azis.
Indy juga menyampaikan bahwa meskipun permintaan farmasi masih tinggi, persaingan dengan emiten sejenis akan tetap ketat.
“Prospek farmasi masih kuat, tapi kompetisi dengan kompetitor di sektor serupa perlu dicermati. Untuk sektor kesehatan, prospeknya positif terutama jika strategi efisiensi operasional berjalan optimal,” jelasnya.
Dari sisi valuasi, Indy menilai saham SOHO diperdagangkan di atas rata-rata industri. Price to earnings (PER) SOHO berada di 16 kali, lebih tinggi dari rata-rata kompetitor yang sekitar 15 kali, menunjukkan saham ini relatif mahal.
Atas kondisi tersebut, Edvisor Profina Visindo merekomendasikan hold untuk saham SOHO dengan target harga Rp 800 per saham.
Di sisi lain, Kiwoom Sekuritas memilih pendekatan yang lebih konservatif. “Pergerakan harga yang sangat fluktuatif, kami cenderung untuk merekomendasikan wait and see,” pungkas Azis.
Selanjutnya: Bidik Investasi Rp 565 Triliun, Pemerintah Bangun Transmisi Listrik 47.758 Kms
Menarik Dibaca: Harga Emas Berbalik Merosot, Trump Tunda Tarif Agresif bagi Uni Eropa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News