Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
Rekomendasi & Strategi Investasi
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi memprediksi tren pelemahan ini masih akan berlangsung hingga akhir semester pertama, atau ketika bank sentral sudah berada di posisi dovish.
Penguatan berpotensi terjadi mulai bulan Juli dimana secara historis 10 tahun terakhir peluang IHSG mencetak performa positif mencapai 90%.
Menurut Audi, antisipasi pelaku pasar terhadap musim rilis kinerja kuartal kedua serta rebalancing indeks mayor bisa menjadi katalis pendorong saham-saham blue chip dan IHSG.
Sementara William melihat adanya potensi rebound di akhir Juni mempertimbangkan kemungkinan jenuh jual.
Baca Juga: Mengintip Saham yang Banyak Diburu Asing Saat IHSG Kembali Terkoreksi Rabu (12/6)
Hendri menimpali, jika kondisi makro ekonomi menunjukkan tanda perbaikan, maka pasar saham berpotensi menguat kembali di semester kedua.
Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya menambahkan, faktor lainnya adalah dinamika politik dalam masa transisi pemerintahan baru dan dampaknya terhadap ekonomi.
Selain itu, sentimen signifikan yang memengaruhi pasar saham adalah arah suku bunga acuan The Fed.
"Kami perkirakan jika FOMC Juni ini komentar The Fed bisa lebih dovish, maka IHSG bisa rebound di area 6.800 - 6.850 untuk menuju ke atas 7.000 lagi," terang Cheril.
Dalam situasi saat ini, Cheril melihat peluang buy on weakness terhadap saham big bank yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).
"Karena secara historis bahkan saat pandemi, saham big bank selalu rebound lagi setelah koreksi," imbuh Cheril.
Baca Juga: Kurs Rupiah Lanjut Melemah, Cermati Proyeksinya Untuk Perdagangan Kamis (13/6)
Hendri punya rekomendasi serupa untuk barisan saham blue chip perbankan. Daya tariknya akan bertambah ketika kinerja keuangan membaik dan ada dorongan dari aksi beli investor asing.
"Koreksi yang signifikan secara year to date (YTD) memberi ruang yang cukup lebar bagi saham perbankan terjadi rebound," ujar Hendri.
Daniel menambahkan, bagi investor jangka panjang bisa mulai cicil beli saham blue chip pilihan menggunakan metode dollar cost averaging.
Sementara untuk jangka pendek, lebih baik menunggu sinyal reversal terbentuk, atau bisa cermati saham barang konsumsi seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).
William merekomendasikan trading buy untuk UNVR mempertimbangkan kenaikan frekuensi perdagangan. Selain itu, wait and see terlebih dulu terhadap saham-saham blue chip yang mayoritas sedang terkena tekanan jual.
Agung melirik saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Sedangkan Audi memandang pelaku pasar masih bisa melakukan akumulasi beli pada saham big caps dari sektor perbankan, ritel, telekomunikasi dan kesehatan.
Audi menyematkan rekomendasi buy untuk BMRI, BBCA, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan target harga masing-masing di Rp 7.350, Rp 10.300, Rp 970 dan Rp 2.582. Kemudian hold PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) untuk target harga Rp 836 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News