Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kinerja emiten Grup Salim dinilai masih bagus, meskipun dilanda masalah fluktuasi harga komoditas, terutama minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan gandum.
Sejumlah emiten Grup Salim sudah merilis laporan keuangan. Kinerja mereka pun tercatat beragam.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatat laba Rp 8,14 triliun pada 2023. Ini meningkat 28,12% secara tahunan atau year on year (YoY) dari Rp 6,35 triliun di 2022. Penjualan bersih INDF mencapai Rp 111,7 triliun di 2023, naik 0,79% YoY dari Rp 110,83 triliun.
Jika dirinci, penjualan produk konsumen bermerek naik 5,12% YoY menjadi Rp 68,59 triliun. Penjualan dari segmen Bogasari berkontribusi sebesar Rp 30,41 triliun selama 2023.
Baca Juga: Kinerja Emiten Grup Salim Beragam, Simak Rekomendasi Sahamnya
Lalu, penjualan dari segmen agribisnis mencapai Rp 15,97 triliun dan segmen distribusi mencapai Rp 6,95 triliun. Sementara itu, total eliminiasi yang ditanggung INDF sebesar Rp 10,23 triliun atau turun 0,68% YoY.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) juga mencatatkan kinerja impresif. Produsen Indomie ini mengantongi pendapatan bersih Rp 67,1 triliun selama 2023. Ini meningkat 4,80% YoY dari Rp 64,79 triliun. Penjualan mi instan berkontribusi sebesar Rp 50,43 triliun.
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ICBP mencapai Rp 6,99 triliun di 2023. Raihan ini naik 52,39% YoY dari Rp 4,58 triliun pada 2022.
Di sisi lain, sejumlah emiten minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) milik Salim kinerjanya menurun.
Baca Juga: Ini Kongkomerasi yang Berpotensi Raih Cuan Besar dari Dividen
PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yang membukukan penjualan sebesar Rp 4,19 triliun di tahun 2023. Penjualan LSIP itu turun 9% dari penjualan di tahun 2022. Laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk LSIP turun menjadi Rp 762 miliar di 2023, merosot 26% dari tahun 2022 yang sebesar Rp 1,03 triliun.
Presiden Direktur LSIP Benny Tjoeng mengatakan, penurunan penjualan itu terjadi seiring dengan turunnya harga jual rata-rata produk sawit, baik CPO maupun palm kernel (PK) di tahun 2023.
“Sebagiannya juga diimbangi oleh kenaikan volume penjualan produk sawit seiring realisasi persediaan CPO di akhir tahun sebelumnya,” ujarnya dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Anthoni Salim Punya Portofolio Saham Paling Menggurita, Nilainya Rp 112 Triliun
Sementara itu, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 39% menjadi Rp 736 miliar sepanjang 2023. Pada tahun sebelumnya, laba bersih SIMP sebesar Rp 1,19 triliun. SIMP mencatatkan penjualan sebesar Rp 16 triliun di 2023, turun 10% dari periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 17,7 triliun.
Direktur Utama Grup SIMP Mark Wakeford mengatakan, penurunan penjualan SIMP disebabkan terkoreksinya harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) produk sawit serta produk minyak dan lemak nabati.
“Namun, sebagian juga diimbangi oleh kenaikan volume penjualan produk sawit dan produk edible oils dan fat (EOF) bermerk,” ujarnya dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Laba Indofood Turun, Grup Salim Masih Mengantongi Kenaikan Laba dari Emiten Lain
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo melihat, kinerja emiten Grup Salim masih ditopang oleh kinerja ICBP, yang mana pertumbuhan labanya menyentuh dua digit.
“Sedangkan, emiten yang memberatkan adalah SIMP dan LSIP yang kinerja penjualan dan laba menurun akibat harga komoditas CPO yang turun juga,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (26/3).
Di tahun 2024, emiten CPO dilihat bisa mengalami pemulihan kinerja karena ada potensi terjadinya La Nina. Hal ini berpotensi menaikkan harga komoditas CPO dan bisa berdampak positif bagi kinerja SIMP maupun LSIP di tahun ini.
“Untuk ICBP, masih ada potensi mencatatkan pertumbuhan kinerja, mengingat harga gandum juga masih turun,” paparnya.
Azis pun merekomendasikan trading buy untuk ICBP dengan target harga Rp 935 – Rp 945 per saham.
Baca Juga: INDF, ICBP, LSIP, SIMP Segera Membayar Dividen, Investor Bisa Pilih yang Mana?
Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada melihat, kinerja masing-masing emiten Grup Salim memang dipengaruhi bisnis utama mereka.
Penurunan kinerja LSIP dan SIMP diakibatkan pergerakan harga komoditas sawit, perubahan peraturan, hingga persaingan usaha di industri sawit.
Sementara itu, untuk ICBP dan INDF sentimen penggerak kinerjanya adalah harga bahan baku, persaingan usaha, hingga perubahan daya beli dan minat konsumer.
“Kinerja emiten sawit mengalami koreksi seiring penurunan industri. Di sisi lain, emiten konsumer masih dapat bertahan seiring masih terjaganya daya beli masyarakat,” ungkapnya kepada Kontan, Selasa (26/3).
Meskipun kinerja masing-masing emiten memang berbeda bergantung pada lini bisnisnya, tetapi kinerja emiten Grup Salim dinilai Reza masih tergolong baik dan sehat.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham INDF, LSIP, ICBP, SIMP yang Kompak Menebar Dividen
“Misalnya, jika di tahun 2024 ini kinerja industri sawit meningkat, maka LSIP dan SIMP bisa terangkat lebih baik dari tahun sebelumnya,” paparnya.
Reza pun merekomendasikan hold untuk SIMP dan LSIP dengan target harga masing-masing Rp 450 per saham dan Rp 1.020 per saham. ICBP dan INDF direkomendasikan beli dengan target harga Rp 12.800 per saham dan INDF Rp 7.525 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News