Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kuartal tiga akan berakhir satu bulan lagi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi pada bulan September ini akan tertekan.
Salah satunya penyebabnya, prediksi bank sentral AS Federal Reserve menaikkan suku bunga di bulan September ini.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, akan ada banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG selama satu bulan ke depan ini baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Faktor dari dalam negeri masih memberikan sentimen positif bagi pergerakan IHSG seperti data makroekonomi domestik yang masih stabil dan pemerintah masih mampu menjaga daya beli konsumsi rumah tangga.
"Data inflasi kita masih tetap stabil secara year on year sebesar 3% atau masih di bawah 4% dan tingkat daya beli masyarakat untuk sektor konsumsi rumah tangga pun masih di atas ekspektasi," jelasnya, Minggu (2/9).
Selain itu, ia menambahkan bahwa sentimen positif lain bagi IHSG datang dari indeks sektor industri manufaktur masih di level 50% dan sejumlah emiten di sektor tersebut masih mampu melakukan ekspansi di tengah kondisi makro ekonomi global yang cenderung fluktuatif.
"Jumlah kunjungan turis ke Indonesia meskipun ada gempa bumi di Lombok tetap diharapkan mampu memberikan tambahan devisa bagi negara. Selain itu, Indeks Keyakinan Konsumen pada bulan Agustus tahun ini juga masih stabil sehingga bisa menjadi katalis positif bagi IHSG," imbuhnya.
Nafan kemudian melanjutkan bahwa upaya Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas rupiah patut dicermati.
"Tentu ini akan membuat cadangan devisa akan terkuras, namun tak perlu dikhawatirkan karena cadangan devisa kita masih stabil sebab pemerintah terus berupaya untuk menjaga inflasi. Hal ini dapat dilihat dari penjualan ritel masih stabil yang menyiratkan daya beli masyarakat masih tinggi," terangnya.
Nafan juga berharap neraca perdagangan pada bulan Agustus diharapkan surplus karena pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi item-item impor sehingga mampu memberikan sentimen yang positif bagi IHSG. Dan kebijakan B20 yang akan diberlakukan oktober nanti diharapkan mampu memberikan sentimen positif bagi IHSG.
"Selain itu, respon BI jika The Fed jadi menaikan suku bunga sebesar 25 basic poin juga patut dicermati. Apakah BI rate juga akan naik atau tidak, semua tergantung pihak BI nanti," jelasnya.
Sementara itu dari faktor eksternal, ia bilang pergerakan IHSG masih dipengaruhi oleh pelemahan rupiah terhadap dollar yang saat ini sudah menyentuh level Rp 14.800.
"Namun, penguatan dollar bagi Trump dianggap membuat neraca perdagangan AS defisit karena terjadi penyebaran dollar secara berlebihan. Maka untuk menghindari inflasi, The Fed kemungkinan akan menaikan suku bunga acuan pada September dan Desember tahun ini. Dan tentunya ini akan menjadi sentimen negatif bagi indeks dan rupiah," lanjutnya.
Nafan kemudian melanjutkan bahwa AS juga akan menerbitkan rilis data ketenagakerjaannya. "Di mana, mereka telah berhasil mengurangi angka pengangguran menjadi 3,9% sepanjang tahun ini," tandasnya.
"Pergerakan IHSG juga masih akan dipengaruhi oleh data ekonomi global yang datang dari Inggris, Jepang, Tiongkok. Bank central Inggris maupun Jepang tentu akan naikan suku bunga acuan sebagai respon akan kenaikan suku bunga The Fed nanti," tambahnya.
Namun, Nafan tetap optimis IHSG akan berpeluang menguat selama satu bulan ke depan, meski pergerakannya masih cenderung volatil.
"Memang krisis keuangan yang melanda Turki, Venezuela dan Argentina akan membuat para pelaku pasar cenderung wait and see. Namun, pemerintah dan para stakeholder telah menyiapkan antisipasi untuk menghindari aksi tersebut. Misalnya lewat strategi pembatasan impor dan juga kebijakan B20. Dan sejauh ini pertumbuhan ekonomi nasional masih stabil dan tentunya ini menunjukkan bahwa kita masih jauh dari krisis," ungkapnya.
Nafan justru melihat bahwa kondisi saat ini bisa djadikan momentum bagi pelaku pasar untuk melakukan netting alias melakukan akumulasi beli atas saham-saham yang murah namun memiliki kinerja fundamental yang baik.
"Para investor tak perlu khawatir dengan sentimen global yang membuat kondisi pasar tak menentu karena sejauh ini pemerintah masih mampu menjaga stabilitas makroekonomi domestik," tambahnya.
Ia memprediksi level bottom atau support IHSG untuk periode satu bulan ke depan akan berada di level 5.903. Dan di periode berikutnya IHSG mencapai level 5.837.
"Sedangkan untuk resistant dalam kurun waktu sebulan ke depan ditargetkan mencapai level 6.117. Jika target tersebut tercapai, maka selanjutnya IHSG akan berada di level 6.125," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News