Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Harga perak mengalami rebound setelah sempat tersungkur di penutupan hari sebelumnya. Rebound harga perak didorong oleh antisipasi pasar terhadap hasil keputusan krisis utang Yunani dengan regulator keuangan zona Euro.
Mengutip Bloomberg sampai pukul 15.10 WIB, harga perak kontrak pengiriman Maret 2015 di Commodity Exchange naik 1% ke level US$ 17,04 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir harga perak masih tersungkur sebesar 2%.
Volatilitas harga sepanjang 60 hari terakhir naik ke level 40,5, tertinggi sejak September 2013. Itu terjadi karena gejolak ekonomi dan geopolitik yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa.
“Ada data tenaga kerja yang bagus dari Amerika dan investor melihat ini sebagai peluang AS untuk menaikkan tingkat suku bunganya. Dan ada juga pertanyaan yang menggantung apakah Yunani akan meninggalkan zona Eropa,” kata James Cordier, Founder of Optionsellers.com di Tampa Florida, Rabu (11/2).
Head of Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan pergerakan harga perak sangat terbatas. Secara umum bahkan harga perak menunjukkan pergerakan yang sideways dalam seminggu terakhir. “Pergerakan safe haven termasuk perak sepenuhnya karena perkara Yunani dan Eropa yang belum menemukan kesepakatan baru,” kata Ariston.
Sejak Senin (9/2) lalu ketika Eropa menolak bailout dari Yunani, harga safe haven terbang kembali akibat ketidakpastian Yunani. Namun tetap ada harapan yang besar di pasar didapat kompromi di krisis utang Yunani. Tapi selagi belum didapat hasil yang resmi, harga masih berpeluang naik.
Pertemuan Yunani dan Eropa sendiri baru saja berlangsung selama dua hari, pada Rabu (11/2) antar menteri keuangan masing-masing negara dan pada Kamis (12/2) antar kepala negara.
Pertemuan ini semakin mendesak, pasalnya deadline bailout Yunani semakin dekat yakni 28 Februari 2015 . Jika program bailout terlanjur berakhir, setelah 28 Februari 2015, Yunani tidak lagi memiliki dana untuk melanjutkan program-program negaranya. Ini akan semakin menggoyang Eropa.
Sebelumnya Menteri Keuangan Jerman, Wolfgang Schaeuble mengatakan bahwa Menteri Keuangan Eropa tidak akan melakukan negosiasi lebih lanjut terhadap program baru. Ini mengisyaratkan bahwa Eropa tidak berniat mentolerir kesepakatan baru. “Tapi pemimpin Yunani yang sekarang juga keras. Jika kompromi maka perak jatuh. Jika tidak, perak akan melambung,” tambah Ariston.
Terlepas dari Eropa dan Yunani, perak masih dalam keadaan terbeban. Salah satunya karena data ekonomi China akhir pekan lalu yang menunjukkan bahwa perlambatan ekonomi di negeri ginseng itu belum kunjung pulih.
Data China yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan inflasi di bawah 1% diikuti dengan data impor bulan Januari 2015 dibanding dengan Januari 2014 yang turun 19,9% dan ekspor turun 3,3% semakin menegaskan ekonomi China yang kritis. “Penurunan ekonomi China menjadi sentimen negatif bagi perak,” jelas Ariston.
Melihat pada jangka panjang harga perak masih berpeluang menguat. Ini jika melihat pada keadaan stimulus Eropa yang akan berlangsung mulai Maret 2015 mendatang dan perekonomian China yang belum ada sinyal membaik dalam waktu dekat.
Secara teknikal indikasinya lebih kepada hasil yang mixed. Saat ini harga bergerak di atas moving average (MA) 50 dan 100 namun masih di bawah MA 200. Garis moving average convergence divergence (MACD) untuk jangka pendek masih turun karena garis MACD berada di bawah garis sinyal. Namun saat ini garis masih berada di atas garis 0 yang artinya dalam jangka panjang masih ada penguatan.
Sedangkan indikator relative strength index (RSI) berada di level 48 mengindikasikan tekanan lebih lanjut. Namun stochastic sudah berada di perpotongan garis K dan D dengan potensi untuk rebound. “Melihat situasi saat ini, teknikal pun menunjukkan pergerakan yang beragam,” tambah Ariston.
Menurut dugaan Ariston Kamis ini harga bergerak di kisaran support US$ 16,70 per ons troi dan resistance US$ 17,20 per ons troi. Pergerakan harga ini tidak jauh berbeda dalam sepekan mendatang yakni di sekitar US$ 16,40 – US$ 17,50 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News