Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah masih tertekan menjelang pengumuman suku bunga Amerika Serikat (AS) kemarin. Rabu (14/6), kurs rupiah spot melemah 0,29% ke level Rp 14.907 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya yang berada di Rp 14.863 per dolar AS.
Sedangkan kurs rupiah Jisdor melemah 0,18% ke Rp 14.895 per dolar AS pada Rabu (14/6). Di hari sebelumnya, kurs rupiah Jisdor masih berada di Rp 14.868 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa nilai tukar rupiah diperdagangkan cenderung melemah pada perdagangan kemarin, meskipun di tengah pelemahan indeks dolar pada sesi perdagangan Asia. Rupiah ditutup melemah, sementara yield SUN 10 tahun tercatat turun 2 basis poin (bps) ke level 6,27% meskipun IHSG ditutup melemah tipis 0,3% ke level 6.699.
"Pelemahan beberapa mata uang Asia pada kemungkinan dipengaruhi oleh pelaku pasar yang menantikan hasil keputusan rapat FOMC, meskipun Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga FFR di level 5,25% mempertimbangkan kondisi inflasi dan pasar tenaga kerja AS," kata Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (14/6).
Baca Juga: Rupiah Menguat 4,9% Hingga Awal Juni, Simak Proyeksi BI Hingga Akhir 2023
Meski The Fed mempertahankan FFR, tetapi pelaku pasar akan mencermati proyeksi indikator ekonomi yang akan dirilis tiap kuartalnya. Pasar juga menimbang prospek kenaikan suku bunga dua kali lagi di tahun ini, seperti pernyataan The Fed.
Analis sekaligus pengamat mata uang Lukman Leong juga mengatakan, pelemahan rupiah karena masih ada tekanan dari data penjualan ritel Indonesia bulan April yang lebih lemah. Rupiah juga masih sensitif terhadap perkembangan suku bunga the Fed.
Lanjutnya, data inflasi AS semalam yang walau menunjukkan inflasi utama sudah turun ke level terendah dalam 2 tahun, namun inflasi inti masih sangat tinggi dan bertahan di atas 5%. "Walau kecil peluang the Fed untuk menaikkan suku bunga pada FOMC malam ini, tetapi bukan berarti the Fed tidak akan menaikkan pada pertemuan berikutnya," katanya.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) justru sedang diharapkan untuk menurunkan suku bunga yang dilihatnya divergensi tersebut menekan rupiah, walau hal ini bersifat jangka pendek. Lukman memperkirakan rupiah berpotensi rebound karena tidak ada kejutan pada hasil FOMC malam ini.
Baca Juga: Tak Berdaya, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 14.895 Per Dolar AS Pada Rabu (14/6)
Dari dalam negeri, kedua analis mengatakan pelaku pasar akan mencermati rilis data neraca perdagangan bulan Mei yang diperkirakan tercatat surplus sekitar US$ 2,57 miliar, menurun dari bulan sebelumnya US$ 3,94 miliar.
"Data perdagangan Indonesia diperkirakan akan surplus US$3 miliar, yang walaupun turun dibandingkan bulan lalu, masih cukup besar, dan apabila sesuai atau lebih tinggi ini akan mendukung rupiah," kata Lukman.
Lukman memproyeksikan rupiah akan bergerak dengan rentang Rp 14.850 per dolar AS-Rp 14.950 per dolar AS. Sementara Josua menilai rupiah akan berada pada level Rp 14.850 per dolar AS-Rp 14.975 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News