kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Pilihan Saham Defensif untuk Hadapi Ancaman Resesi Global


Senin, 17 Oktober 2022 / 08:19 WIB
Simak Pilihan Saham Defensif untuk Hadapi Ancaman Resesi Global
ILUSTRASI. Sejumlah saham defensif dapat menjadi pilihan investor dalam menghadapi gempuran ancaman resesi global. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham defensif dengan kapitalisasi jumbo dapat menjadi pilihan investor dalam menghadapi gempuran sentimen kenaikan suku bunga dan ancaman resesi global.

Secara historikal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung mulai turun di September sebelum ada window dressing pada akhir tahun. Pada Jumat (14/10), IHSG bertengger di level 6.814,53 atau melemah 0,96% secara harian. 

Selama periode caturwulan ketiga sejak 2017, beberapa saham big caps secara konsisten bisa memberikan imbal hasil atau return yang positif. Malah, saham-saham ini bukan masuk golongan saham defensif.

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Masih Dalam Tekanan, Simak Rekomendasi Saham yang Bisa Dilirik

Secara konsisten saham-saham perbankan dengan kapitalisasi besar, seperti BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI memberikan imbal balik yang positif. Contohnya, pada periode September–Desember 2017 imbal hasil BBCA sebesar 16%. 

Di periode yang sama pada 2018, imbal hasil BBCA sebesar 5,18%. Di 2019, mencapai 9,93%. Kemudian pada 2020 sebesar 4,15% dan di 2021 senilai 11,56%. 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina bilang memang saham perbankan bukan sektor yang defensif. Namun di sisi lain, saham-saham perbankan salah satu penopang IHSG. 

"Yang membuat keempat perusahaan ini tetap kuat adalah kondisi fundamental dan prospek yang bagus," tutur Martha kepada Kontan akhir pekan lalu. 

Meski ada ancaman resesi global, Martha memperkirakan sektor perbankan akan masih menjadi penopang IHSG. Salah satunya ditopang oleh pertumbuhan ekonomi dalam negeri lewat pertumbuhan kredit. 

Kalau ekspektasi pertumbuhan ekonomi masih positif, maka kredit akan tetap bisa bertumbuh. Dia menilai sektor perbankan masih akan tetap positif kalau risiko kredit dapat terus dijaga.

Di sisi lain, saham konsumer disebut-sebut sebagai sektor defensif lainnya. Namun kalau dilihat imbal hasil UNVR dan ICBP masih belum konsisten seperti saham perbankan. 

Misalnya saja, dalam periode September–Desember 2017 imbal hasil UNVR sebesar 11,50%. Tahun berikutnya return UNVR 4,56%, lalu di 2019 -13,16%, pada 2020 -9,63% dan 1,72% pada 2021. 

Martha menyebut saham konsumer bisa dipilih untuk mengimbangi portofolio karena ketidakpastian di masa depan masih akan membayangi. Nah, untuk berjaga kalau kondisi ekonomi tidak sesuai yang diperkirakan saham seperti konsumer bisa jadi pilihan. 

Baca Juga: IHSG Tertekan Kenaikan Suku Bunga, Intip Rekomendasi Saham Defensif Hari Ini (17/10)

"Untuk tahun depan, sektor konsumer diperkirakan akan lebih stabil, karena harga komoditas pangan dan perkebunan yang sudah mulai bergerak turun dan stabil," papar Martha. 

Adapun dari sektor perbankan, Mirae Asset Sekuritas menjagokan BBCA dengan target harga Rp 9.00, BBRI Rp 6.100, BMRI Rp 11.000 dan BBNI di Rp 10.900. Dari sektor konsumer ada ICBP di Rp 10.500 dan UNVR dengan target harga Rp 4.650.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×