Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga logam industri masih tertekan dalam sebulan terakhir. Perang dagang oleh Uni Eropa terhadap China menjadi penyebabnya.
Berdasarkan data Trading Economics, hingga Senin (24/6) pukul 19.30 WIB harga tembaga turun 8,58% secara bulanan (MoM) ke US$ 4,41 per pon. Lalu, aluminium turun 8,17% MoM ke US$ 2.507 per ton, nikel ambles 15,63% MoM ke US$ 17.285 per ton, dan timah turun 2,50% MoM ke US$ 32.671 per ton.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, tekanan harga salah satunya disebabkan oleh data PMI manufaktur Amerika Serikat (AS) yang di atas ekspektasi.
Sebelumnya, PMI manufaktur AS naik ke 51,7 pada Juni 2024, mengalahkan ekspektasi pasar di level 51 dan lebih tinggi dari bulan sebelumnya di 51,3.
"Dengan hasil itu, ada kemungkinan bank sentral akan mempertahankan suku bunga tinggi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (24/6).
Baca Juga: Tetap Prospektif, Tekanan Pada Harga Logam Industri Hanya Sementara
Selain itu, perang dagang dari Uni Eropa terhadap China melalui kenaikan bea impor untuk mobil listrik dan aki listrik dari China ke 18,4%. Sebelumnya, bea impornya sebesar 7,1%.
Pekan ini, Ibrahim menyebut ada dua hal yang akan menjadi perhatian. Pertama, data inflasi yang akan memberikan gambaran terkait arah suku bunga the Fed.
Kedua, pertemuan pemerintah China dengan Uni Eropa untuk membahas bea impor. "Jika hasilnya positif maka harga komoditas akan kembali bangkit," sebutnya.
Dengan pandangan itu, Ibrahim memperkirakan di akhir tahun harga tembaga akan kembali ke US$ 11.000 per ton, aluminium US$ 2.700 per ton, timah US$ 34.000 per ton, dan nikel US$ 20.000 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News