CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.874   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.159   -55,52   -0,77%
  • KOMPAS100 1.094   -8,85   -0,80%
  • LQ45 872   -3,29   -0,38%
  • ISSI 216   -2,49   -1,14%
  • IDX30 447   -0,91   -0,20%
  • IDXHIDIV20 540   0,71   0,13%
  • IDX80 125   -0,91   -0,72%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 149   -0,09   -0,06%

Tetap Prospektif, Tekanan Pada Harga Logam Industri Hanya Sementara


Senin, 24 Juni 2024 / 19:38 WIB
Tetap Prospektif, Tekanan Pada Harga Logam Industri Hanya Sementara
ILUSTRASI. prospek harga logam industri di masa depan


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga logam industri masih tertekan dalam sebulan terakhir. Kendati begitu, tekanan harga dinilai sementara lantaran efek profit taking investor.

Berdasarkan data Trading Economics, hingga Senin (24/6 pukul 18.41 WIB harga tembaga turun 8,40% secara bulanan (MoM) ke US$ 4,42 pon. Lalu, aluminium turun 8,28% MoM ke US$ 2.503 per ton, nikel ambles 15,63% MoM ke US$ 17.266, dan timah turun 2,50% MoM ke US$ 32.671 per ton, serta paladium yang turun 3,51% MoM ke US$ 961 ons troy.

Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, penurunan harga logam industri yang kompak ini disebabkan oleh kekhawatiran pelemahan permintaan dari China. Ia menyebutkan, data menunjukkan bahwa sektor manufaktur besar yang secara mengejutkan terkontraksi pada bulan lalu.

"Selain itu, pernyataan hawkish dari pejabat-pejabat the Fed ikut menekan harga," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (24/6).

Di sisi lain, Lukman melihat investor masih akan cenderung berhati-hati, setidaknya sampai dengan September 2024. Bulan tersebut diharapkan the Fed akan memangkas suku bunga untuk pertama kalinya.

Baca Juga: Ancaman Produk Impor Ilegal Masih Hantui Industri Keramik Nasional

"Investor juga mengharapkan stimulus ekonomi tambahan dari pemerintah China," sambungnya.

Meski begitu, ia menilai prospek harga logam industri tetap bagus. Penurunan ini lebih pada aksi profit taking merespon perkembangan akhir-akhir ini, sehingga bukan suatu hal yang mengancam permintaan jangka panjang.

"The Fed masih akan menurunkan suku bunga, Chinakan rebound dan stimulus akan ditambahkan, jadi penurunan ini hanya sementara," sebutnya.

Permintaan dari China dilihatnya juga masih kuat dan akan lebih kuat. Namun memang, ada kekhawatiran oversupply pada aluminium dan nikel. Sementara itu, tembaga dinilai masih menjadi yang paling prospektif karena justru dikhawatirkan akan under supply di masa depan.

Lukman memproyeksikan, pada akhir tahun harga tembaga akan berkisar US$ 10.500 - US$ 11.000 per ton. Lalu, aluminium di US$ 2.800 per ton, timah US$ 28.000 per ton, dan nikel US$ 20.000 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×