kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,17   5,84   0.65%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak jurus Gudang Garam menjaga kinerja di tengah tekanan tarif cukai


Jumat, 10 September 2021 / 07:50 WIB
Simak jurus Gudang Garam menjaga kinerja di tengah tekanan tarif cukai


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Produsen rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan penurunan margin laba kotor menjadi 10,8% pada semester I-2021. Padahal di periode yang sama tahun lalu, margin laba kotor masih 16,1% 

Direktur Gudang Garam Heru Budiman mengatakan, penurunan margin laba kotor ini disebabkan oleh kenaikan tarif cukai yang tinggi dalam dua tahun terakhir.

Sebagai pengingat, pada tahun 2020, tarif cukai untuk sigaret kretek mesin (SKM) meningkat 25,9% dan berlanjut naik 14,2% pada 2021. Sementara itu, tarif cukai sigaret kretek tangan (SKT) naik 11,7% pada 2020 dan tidak mengalami kenaikan pada 2021. 

Menurut Heru, kenaikan tarif cukai ini kian membebani biaya pokok penjualan perusahaan. Sepanjang semester I-2021, biaya pokok penjualan Gudang Garam meningkat 20,1% year on year (yoy) menjadi Rp 54,05 triliun. 

Beban cukai yang porsinya mencakup 84,8% dari keseluruhan biaya pokok penjualan meningkat 28,1% yoy, dari Rp 35,8 triliun menjadi Rp 45,8 triliun di akhir Juni 2021.

Kinerja negatif pada margin laba kotor ini terus terbawa hingga ke bottom line Gudang Garam. Pada semester I-2021, laba bersih Gudang Garam merosot 39,5% yoy, dari Rp 3,8 triliun menjadi Rp 2,3 triliun. Alhasil, margin laba bersih Gudang Garam ikut terseret turun menjadi 3,8% dari sebelumnya 7,1%.

Baca Juga: Gudang Garam (GGRM) sudah gelontorkan hampir Rp 5 triliun untuk capex Bandara Dhoho

Heru menjelaskan, penurunan margin ini juga disebabkan oleh kenaikan tarif cukai yang tidak diikuti dengan kenaikan harga jual yang selaras karena pertimbangan kondisi perekonomian. 

"Pada tahun ini, Gudang Garam tidak bisa secara agresif menaikkan harga jual karena akan sangat memengaruhi daya beli terutama pada masyarakat menengah ke bawah," ungkap Heru saat konferensi pers Gudang Garam dalam acara Public Expose Live 2021, Kamis (9/9).

Meskipun mencatatkan penurunan margin laba, Gudang Garam membukukan kinerja positif pada top line-nya. Sepanjang semester I 2021, pendapatan Gudang Garam meningkat 12,9% yoy menjadi Rp 60,59 triliun dari Rp 53,66 triliun. 

Hal ini sejalan dengan total volume penjualan Gudang Garam yang naik sebesar 7,3% yoy menjadi 45,6 miliar batang dari sebelumnya 42,5 miliar batang. Peningkatan total volume penjualan tersebut didorong oleh volume penjualan segmen SKM Full Flavour (SKM FF) yang naik dari 35,8 miliar batang menjadi 39,9 miliar batang. 

 

Sebaliknya, volume penjualan segmen SKM low tar and nicotine (LTN) turun dari 2,3 miliar batang menjadi 1,3 miliar batang. Kemudian, volume penjualan SKT turun dari 4,5 miliar batang menjadi 4,4 miliar batang. 

Menurut Heru, kenaikan volume penjualan pada segmen SKM FF didorong oleh konsumen yang melakukan downtrading dengan mencari rokok yang lebih murah dengan jenis berbeda, tetapi masih tetap dapat memenuhi kebutuhan merokok-nya.  Misalnya saja, seseorang yang biasanya mengonsumsi SKM LTN isi 16 batang akan melakukan downtrading dengan membeli SKM FF isi 12 batang.

"Dengan begitu, Gudang Garam sebagai pendatang baru segmen SKM LTN sebenarnya tidak terlalu menghadapi kendala yang berat. Kami justru diuntungkan karena kami merupakan produsen rokok terbesar di segmen SKM FF," ungkap Heru.

Prospek industri rokok

Terkait dengan prospek industri rokok ke depannya, Heru melihat bahwa kondisinya masih penuh dengan tantangan. Pasalnya, pandemi Covid-19 yang masih berlangsung terus memberikan ketidakpastian kepada industri berupa pengaruh terhadap tingkat daya beli masyarakat yang pada akhirnya memengaruhi tingkat pemulihan ekonomi. Selain itu, industri rokok juga masih dibayangi oleh kemungkinan dinaikkannya tarif cukai.

Baca Juga: Persiapan masuk bisnis rokok elektrik, Gudang Garam (GGRM) mendirikan tiga anak usaha

Untuk memperbaiki profitabilitas, Heru menyampaikan bahwa mau tidak mau Gudang Garam perlu menaikkan harga jual. Pada bulan April, Mei, Juli, dan September 2021, Gudang Garam sebenarnya sudah menaikkan harga jual secara bertahap, yakni masing-masing Rp 500 untuk salah satu produknya.

Meskipun begitu, dalam menaikkan harga jual, Gudang Garam akan terlebih dahulu memperhatikan dan membandingkan aksi yang dijalankan oleh kompetitor lainnya.

Di samping itu, Gudang Garam juga akan mencermati perkembangan daya beli masyarakat terutama di kelas menengah ke bawah, melihat indikator perbaikan ekonomi, serta memperhitungkan sejauh mana kenaikan harga tersebut akan memengaruhi penurunan volume penjualan. 

Gudang Garam juga belum berencana untuk mengeluarkan produk baru dalam waktu dekat ini, melainkan hanya akan menambah pilihan kemasan dengan isi 12 batang untuk sejumlah varian. Pasalnya, biaya untuk peluncuran produk baru tergolong cukup besar dan dalam keadaan daya beli yang sedang tertekan, efektivitasnya dinilai tidak akan besar.

Selanjutnya: IHSG berpeluang menguat lagi pada Jumat (10/9)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×