Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua hari perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) di 2018, investor asing seolah berbalik arah melakukan aksi beli bersih (net buy) di pasar saham Indonesia.
Akhir 2017 lalu, tercatat (aksi jual bersih) net sell asing sebesar Rp 39,87 triliun. Namun, selama 2018 asing berbalik melakukan net buy sebesar Rp 514, 37 miliar.
Jika diperhatikan, mengutip data BEI pada periode 2012-2017 investor asing selalu melakukan aksi jual-beli bersih secara bergantian. Pada tahun 2012 misalnya, tercatat net buy sebesar Rp 15,88 triliun. Namun, di 2013, asing berbalik melakukan net sell sebesar Rp 20,64 triliun.
Di tahun 2014 asing kembali melakukan net buy, begitu seterusnya. Terakhir, pada 2017 kemarin asing kembali melakukan net sell.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee tak menampik bahwa siklus pergantian aksi beli-jual asing sejak 2012 memang terjadi. Meski demikian, ia melihat ada alasan yang jelas di balik siklus tersebut.
Pada tahun 2013 misalnya, Hans mencatat bahwa aksi jual asing terjadi karena Amerika Serikat (AS) melakukan tapering off dan mengurangi pelonggaran kuantitatif (quantitative easing).
The Federal Reserve memutuskan mengurangi stimulus (tapering off) dari semula US$ 85 miliar per bulan menjadi US$ 75 miliar per bulan berlaku Januari 2014.
Sementara itu, di tahun 2015 menurut Hans indeks terpapar sentiment rencana AS untuk menaikkan suku bunga, yang kemudian terealisasi di 2016.
Sedangkan tahun lalu, menurut Hans aksi jual asing dipicu oleh adanya crossing dari beberapa broker karena penyelenggaraan pengampunan pajak (tax amnesty).
“Tapi sejak 2008-2012 asing selalu net buy ke pasar saham kita. Tahun ini harusnya net buy kembali karena anomali tax amnesty sudah berakhir,” lanjut Hans.
Terbukti, pada perdagangan hari pertama di 2018, asing mencatatkan aksi beli sebesar Rp 440,05 miliar. Begitu pula pada hari kedua, Rabu (3/1) di mana asing mencatat aksi beli sebesar Rp 71,80 miliar.
“Secara umum asing cenderung akan masuk ke pasar. Tapi valuasi yang agak mahal berpotensi membuat asing net sell dulu beberapa saat,” ujar Hans, Rabu (3/1).
Namun, Hans melihat ada beberapa katalis yang mendorong asing kembali melakukan aksi beli di 2018. Pertama, fundamental Indonesia menurutnya terbilang kondusif dengan inflasi yang terjaga rendah.
Selain itu, yang terpenting menurut Hans adalah investment grade yang telah diperoleh oleh Indonesia. Dengan diperolehnya investment grade, rating utang Indonesia berpotensi naik yang berarti risiko berinvesrasi di Indonesia semakin rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News