Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Investor yang suka koleksi saham anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kementerian BUMN menyebut PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) akan melakukan pemisahan (spin off) melalui bursa efek atas beberapa anak usahanya di bidang infrastruktur .
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam acara Mandiri Investment Forum 2021, Rabu (3/2) menyebut, kebijakan spin off adalah bagian dari restrukturisasi di Telkom Indonesia (TLKM).
Kata Tiko, pasca spin-off , anak usaha TLKM ini akan mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Lewat hajatan yang sama, anak usaha ini juga bisa ditawarkan ke investor global lewat Lembaga Pengelola Investasi Indonesia yang bernama Indonesia Investment Authority (INA).
Baca Juga: IPO Mitratel akan terlaksana akhir tahun 2021 atau semester pertama 2022
“Ini adalah salah satu bagian dari strategi investasi jangka menengah INA. Dengan begitu, investor global yang berinvestasi memiliki banyak pilihan aset untuk diinvestasikan di Indonesia,” ujar Tiko.
Telkom (TLKM) lanjut Tiko sedang melakukan restrukturisasi perusahaan, salah satunya dengan memisahkan beberapa perusahaan infrastruktur telekomunikasi menjadi beberapa perusahaan listed yang berbeda.
Ambil contoh perusahaan menara, “Ke depannya bisa juga infra co yang terdiri dari fiber dan juga 5G," kata Tiko.
Tak hanya sebatas itu saja, inisiatif investasi juga bisa dilakukan antara INA dengan Telkom (TLKM) untuk mengembangkan bisnis infrastruktur digital dan juga bisnis konsumer.
Baca Juga: Begini kinerja Telekomunikasi Indonesia (TLKM) hingga kuartal III-2020
Menurut Tiko, investor yang akan masuk dan bekerjasama dengan INA memiliki banyak alternative investasi pilihan yang sudah didaftar oleh soverign wealth fund milik negara ini.
Selain sektor telko, ada juga perusahaan modal ventura atau venture capital yang dimiliki negara atau BUMN, yakni MDI Ventures, BRI Ventures dan Mandiri Capital yang juga membuka peluang investasi INA ke perusahaan startup teknologi yang ada di Indonesia.
"Kami juga bisa berinvestasi di kedua aset yang digerakkan BUMN seperti Linkaja. Dan juga aset modal ventura pada perusahaan startup," ujar Tiko.
Indonesia, kata Tiko berpengalaman dalam bermitra dengan investor asing. Lagi-lagi, Tiko menjadikan Telkom Indonesia (TLKM) sebagai contoh.
Baca Juga: Pasca Jual Menara, Telkomsel Bertransformasi Menuju Perusahaan Digital Telekomunikasi
Dalam bisnis menara, anak usaha Telkom Indonesia (TLKM) yakni Telkomsel menjalin kerjasama dengan Singapore Telecomunications Limited alias SingTel dengan kepemilikan saham sebesar 35%. “Kerjasama ini berjalan sangat baik, ini antara lain bisa menjadi contoh bermitra secara baik,” ujar Tiko.
Telkomsel atas persetujuan pemegang saham juga berhasil menjual menaranya ke sister company yakni Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) yang juga berbisnis menara yang rencananya akan dilepas ke pasar modal.
Targetnya Mitratel akan IPO kuartal terakhir tahun ini, atau paling lambat pada kuartal pertama 2022. Mitratel memiliki menara telekomunikasi yang tersebar di berbagai wilayah dan melayani semua operator seluler di Indonesia dengan jumlah lebih dari 22.000 menara telekomunikasi.
Setelah IPO, Mitratel berpotensi menjadi perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah menara 34.025. Ini jika Telkomsel yang memiliki menara 18.000 secara bertahap melepas menaranya ke Mitratel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News