kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Setelah terpuruk di tahun 2021, intip outlook harga emas berikut ini


Selasa, 02 November 2021 / 06:40 WIB
Setelah terpuruk di tahun 2021, intip outlook harga emas berikut ini


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emas spot mengawali perdagangan tahun ini dengan harga yang solid, yakni US$ 1.898 per ons troi. Tapi, harga tersebut tidak bisa bertahan karena pada 29 Oktober sudah berada di level US$ 1.783 per ons troi.

Artinya, sepanjang 10 bulan pertama di tahun ini, harga emas dunia sudah terkoreksi hingga 6,06%. Koreksi tersebut menjadikan emas sebagai kelas aset investasi dengan kinerja terburuk sepanjang tahun ini. 

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, saat ini emas masih kesulitan untuk naik karena terus dibayangi oleh isu tapering Federal Reserve. Selain the Fed, bank-bank sentral dunia lainnya juga mulai mengetatkan kebijakannya. 

Baca Juga: Bukan safe haven pilihan, emas jadi kelas aset dengan kinerja terburuk tahun ini

Dia mencontohkan Bank of Canada (BoC), yang dalam rapatnya minggu lalu mengumumkan berakhirnya program pembelian aset dan mulai merencanakan kenaikan suku bunga di tahun depan, yang diperkirakan pada bulan Maret. 

“Kemudian penguatan bursa saham juga telah meredupkan peran safe haven emas di mana tiga indeks Wall Street terus menorehkan rekor tertinggi akhir-akhir ini. Terakhir, naiknya imbal hasil obligasi AS turut mengurangi minat terhadap emas, yang notabene tidak menawarkan imbal hasil seperti obligasi,” ujar Alwi kepada Kontan.co.id, Senin (1/11).

Alwi menyebut, bagi investor yang masih tertarik mengoleksi emas, sebaiknya sabar terlebih dahulu sampai The Fed mengumumkan tapering. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan harga emas bisa jatuh setelah pengumuman tersebut. Namun, karena pasar sudah antisipasi sebelumnya, jadi penurunan kemungkinan tidak berlangsung lama.

Dia menilai, pasar akan lebih fokus ke tekanan tekanan inflasi yang tinggi, di mana ini bisa menguntungkan emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Apalagi, masih banyaknya ketidakpastian di pasar, seperti perang dagang AS-China, kasus Covid-19 yang masih tinggi di beberapa negara, juga bisa mendorong investor lari ke safe haven di kemudian hari. 

Baca Juga: Harga Emas Antam hari ini (1/11) turun, harga buyback Rp 813.000 per gram

Oleh karena itu, menurutnya pada sisa akhir tahun ini prospek emas akan cenderung flat dengan kecenderungan melemah. Sementara untuk tahun depan, masih ada kemungkinan untuk emas bisa bersinar kembali akibat ketidakpastian yang sudah disebutkan sebelumnya.

“Ada potensi prospek kenaikan suku bunga dari bank sentral dunia bisa menahan laju harga emas. Tapi sepertinya itu juga sudah diantisipasi karena jika terjadi kenaikan suku bunga, pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap, sehingga pasar tidak kaget,” imbuh Alwi.

Alwi memproyeksikan, untuk akhir tahun ini harga emas bisa bergerak ke kisaran US$ 1.672 per ons troi-US$ 1.700 per ons troi. Sedangkan untuk tahun depan mungkin pergerakannya di rentang US$ 1.600 per ons troi-US$ 1.916. Dia pun merekomendasikan buy on dip untuk emas.

Baca Juga: Penyebab harga emas masih lemah sepanjang Oktober 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×