Reporter: Abdul Wahid Fauzi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Proses penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu alias rights issue PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) sudah usai. Hasilnya, para pemegang saham perusahaan perkebunan Grup Bakrie itu kurang antusias mengeksekusi haknya.
Sekretaris Perusahaan UNSP Fitri Barnas mengungkapkan, tidak semua investor menyerap seluruh saham rights issue hingga jadwal pemesanan berlebih Rabu kemarin (24/2). "Memang ada penambahan tapi tidak terlalu banyak, hanya terserap sekitar 70%," tuturnya, Minggu (28/2).
Dengan hasil ini, PT Danatama Makmur selaku pembeli siaga menurut Fitri akan membeli 30% saham rights issue yang menganggur. Namun saat dikonfirmasi, Vice President Investment Banking Danatama Makmur Steffen Fang mengaku belum mengetahui angka pasti saham yang akan diserapnya.
"Saya belum tahu angka pastinya, jadi saya belum bisa komentar," ungkapnya, kemarin. Namun demikian, Danatama mengaku akan menyerap berapapun saham yang tidak dieksekusi pemegang saham UNSP.
Analis Bhakti Securities Happy Parama mengatakan, rendahnya antusiasme investor membeli rights issue terjadi karena mulai 2011 akan ada obligasi UNSP yang jatuh tempo. "Investor juga menilai rights issue yang dilakukan karena UNSP sangat membutuhkan dana," katanya.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2009, UNSP memiliki obligasi berupa senior notes yang jatuh tempo tahun 2011 sebesar US$ 160 juta yang diterbitkan anak usahanya, BSP Finance BV. Obligasi ini tercatat di Bursa Efek Singapura dengan tingkat suku bunga 10,75% per tahun.
Seperti diberitakan KONTAN sebelumnya (13/1), ada dua Bank asal Eropa yang siap menyokong Danatama membeli sisa saham rights issue UNSP. Kedua bank asing itu siap menyediakan berapun kebutuhan Danatama. Pasalnya, mereka menilai bisnis minyak kelapa sawit (CPO) pada tahun ini sangat menjanjikan.
Sekedar mengingatkan, UNSP menjual 9,47 miliar saham rights issue dengan harga penawaran Rp 525 per saham. Dari hajatan ini, UNSP mengharapkan mengantongi dana segar hingga Rp 4,97 triliun. Sebagian besar duitnya, akan digunakan untuk membiayai akuisisi beberapa perusahaan olekimia milik Grup Domba Mas.
Akuisisi yang dilakukan UNSP bertujuan agar mereka bisa masuk bisnis hilir minyak kelapa sawit. Tetapi sayang, kinerja UNSP tahun 2009 tidak begitu menggembirakan.
"Pendapatan UNSP 2009 hanya Rp 2,3 triliun," kata Harry Nadir, Direktur Keuangan UNSP, Kamis (25/2). Angka ini turun 26,09% dari tahun 2008 lalu mencapai Rp 2,9 triliun.
Harry bercerita, penurunan pendapatan ini akibat dari harga jual rata-rata CPO yang mengalami penurunan, jika dibandingkan tahun 2008. Namun meski pendapatannya turun, Harry bilang laba bersih UNSP justru meningkat 15%-20%. Artinya, laba bersih UNSP diperkirakan mencapai Rp 199,5 miliar-Rp 208,2 miliar.
Happy merekomendasikan jual saham UNSP dengan target harga Rp 480 per saham. Kamis lalu (25/2), harga saham UNSP berakhir di level Rp 510 per saham
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News