kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Sentimen penghapusan pajak, analis masih sarankan wait and see saham properti


Minggu, 21 Oktober 2018 / 16:29 WIB
Sentimen penghapusan pajak, analis masih sarankan wait and see saham properti
ILUSTRASI. Pasar Modal


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah lewat Kementerian Keuangan berencana untuk menghapuskan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan juga PPh22 untuk properti. Hal ini disambut positif oleh kebanyakan emiten properti, meski demikian, analis masih wait and see melihat saham properti.

Khrisna Dwi Setiawan, Head of Lots Services Lotus Andalan Sekuritas bilang bahwa meski dengan insentif tersebut, ia melihat bahwa pasar properti masih sulit untuk bergerak, apalagi dengan keadaan makro-ekonomi yang masih dipenuhi ketidakjelasan, ditambah dengan era suku bunga yang tinggi.

Ia mencontohkan, dua tahun yang lalu saat bunga sedang rendah-rendahnya dan level rupiah masih berada di angka Rp 13.000 jika dibandingkan dengan dollar, namun harga properti masih belum mencatatkan kenaikan.

"Harga tak akan terlalu berpengaruh, yang penting optimisme masyarakat. Jika harga tinggi namun masyarakat optimistis, saya rasa tak masalah," kata Khrisna kepada Kontan.co.id, Jumat (19/10).

Lagi pula, jika ditilik dari harga properti saat ini ia melihat tak ada masalah lantaran dalam dua tahun terakhir harga properti mandeg dan tak menunjukkan kenaikan.

Terkait dengan saham properti yang saat ini bisa ditilik, menurutnya sulit untuk direkomendasikan karena harga saham properti memang sudah mencerminkan fundamentalnya saat ini.

Khrisna mencontohkan SMRA misalnya, memang pernah mencapai harga tertingginya di level Rp 2.000 per saham, namun demikian saat ini merosot ke level Rp 600 per saham.

"Hal ini juga karena penjualan merosot, saya rasa akan kembali naik jika penjualan sudah naik" kata Khrisna.

Kornelis Wicaksono, Analis Reliance Sekuritas menilai bahwa rencana pemerintah tersebut tentu punya dampak positif bagi saham-saham properti meski menurutnya, dampaknya akan sangat terbatas.

"Hal ini karena tidak banyak emuten yang memiliki porsi pendapatan tinggi dari penjualan properti mewah di atas 5 miliar," kata Kornelis kepada Kontan.co.id, Jumat (19/10).

Apalagi emiten-emiten seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) justru berencana untuk meningkatkan recurring income menjadi 20 hingga 25% dari sebelumnya 20%.

Terkait dengan saham yang direkomendasikan, Kornelis menyebut bahwa hingga saat ini belum ada saham yang bisa direkomendasikan. Jika ingin membeli saham properti, sebaiknya investor lebih dahulu menunggu laporan keuangan kuartal III-2018 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×