kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI akan rapat dewan gubernur, Analis: IHSG masih aman-aman saja


Minggu, 21 Oktober 2018 / 09:18 WIB
BI akan rapat dewan gubernur, Analis: IHSG masih aman-aman saja
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Anna Maria Anggita Risang | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali pekan ini, Bank Indonesia (BI) akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG), yang mana salah satu agendanya adalah menentukan tingkat suku bunga.

Kepala Riset Narada Kapital Indonesia Kiswoyo Adi Joe mengatakan jika karena The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga di Desember nanti, maka kemungkinan besar rapat yang dijadwalkan oleh Bank Indonesia akan menentukan jika suku bunga akan naik juga. Menurutnya suku bunga akan naik 25 bps menjadi 6%.

"Jadi sebetulnya jika BI sampai menaikkan suku bunga juga sudah sesuai karena mengikuti The Fed," imbuh Kiswoyo.

Untuk dampaknya ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Kiswoyo menyatakan jika para pelaku pasar juga telah mengantisipasi adanya kenaikkan suku bunga, jadi IHSG masih aman-aman saja.

Namun yang menurutnya mengerikan adalah IHSG di bulan November yang menurutnya akan memerah terus. Kiswoyo mengatakan seperti ini karena berdasarkan data dalam 10 tahun terakhir di November indeks banyak merahnya. Bahkan di November nanti ia memprediksikan akan lebih jelek dari pada bulan Agustus 2018.

Mengenai kenaikan tingkat suku bunga ini, Kiswoyo menyarankan kepada para investor untuk melirik saham-saham blue chip yang menjadi penggerak utama indeks. Diantaranya BBRI dengan harga akhir tahun Rp3.500, BBNI Rp9.000, BMRI Rp7.500, TLKM 4.000, UNVR Rp 48.000, ASII Rp 8.000, dan BRPT 2.200.

M. Nafan Aji, analis Binaartha Sekuritas mengharapkan jika BI tidak mengetok palu untuk kenaikkan tingkat suku bunga kembali, harapannya tetap di 5,75% saja. Menurutnya banyak faktor yang akan mempengaruhi pertimbangan Bank Indonesia.

"Secara global bahwasannya the Fed pada bulan ini kan tidak menaikkan suku bunga acuan 25 bps, lagipula disisi lain pergerakan dollarAS masih stabil terhadap beberapa harga komoditi dan hal tersebt yg membuat pergerakan rupiah relatif stabil," tutur Nafan.

untuk secara internal pun BI telah menentukan kebijakan domestik dalam menstabilkan nilai rupiah, disisi lain pemerintah pun telah memberlakukan kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) itu juga dalam rangka menyehatkan CAD.

Selain itu jika BI tidak menaikkan tingkat suku bunga acuan, maka ini akan berjalan selaras dengan stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jadi stabilitas pertumbuhan ekonomi domestik akan terjaga.

Selain itu Nafan mengungkapkan jika pergerakan IHSG itu akan selaras dengan kondisi ekonomi. Secara teckinal terlihat pola upward bar pada weekly chart yang mengartikan jika indeks masih bisa menguat kembali.

Selain menanti keputusan dari BI 7-DRR, menurutnya indeks akan tertopang oleh laporan keuangan emiten Q3 2018, diharapkan akan mengalami pertumbuhan, maka dari itu diharapkan hal ini menjadi sentimen positif bagi IHSG pekan depan.

Untuk pekan depan Nafan menyarankan kepada investor untuk melirik emiten konstruksi di saham ADHI, mining ADRO INCO banking BBCA BMRI, TLKM

Penguatan indeks biasanya dipengaruhi oleh stabilitas moneter, stabilitas pertumbuhan ekonomi yang mana penyokong utamanya adalah sektor financial terkait dengan kinerja pertumbuhan kredit dan juga konsumerisme dari para pelaku pasar untuk terus membelanjakan kebutuhan berbau konsumsi.

Saran Nafan BBCA di jangka menengah Rp 25.700 per lembar saham dan BMRI Rp 6.850 per lembar saham. Untuk infrastruktur komunikasi, dikatakan jika saat ini layanan data sangat penting untuk kebutuhan informasi jadi ia menargetkan TLKM dalam jangka menengah bisa dibeli di Rp 4.210 per lembar saham.

Selain itu, Nafan juga menyarankan dari sektor mining untuk melirik ADRO di RP 2.070 per lembar saham di jangka menengah dan begitu juga dengan INCO di Rp 3.890 per lembar saham.

Untuk saat ini Nafan menyatakan jika Investor Perlu Wait and see terutama di saham-saham properti. Apalagi setelah kejadian OTT KPK terhadap proyek Meikarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×