kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Sentimen negatif membayangi, simak saham-saham defensif yang berpotensi pada 2019


Selasa, 01 Januari 2019 / 11:05 WIB
 Sentimen negatif membayangi, simak saham-saham defensif yang berpotensi pada 2019
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Yoliawan H | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdagangan di Bursa Efek Indonesia resmi ditutup pada 28 Desember 2018. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir tahun 2018 bertengger di level 6.194. Sayangnya pencapaian ini tidak sebaik tahun sebelumnya karena secara year to date (ytd) IHSG masih melemah 2,54%.

Menyambut tahun 2019, beberapa saham dinilai cukup defensif atau dapat bertahan terhadap sentimen negatif yang akan menerpa di tahun ini. Beberapa sentimen memang tidak akan jauh dari kejadian yang telah terjadi di tahun 2018 lalu, seperti hubungan ekonomi antara Amerika Serikat dan China, Kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve hingga rapor ekonomi dalam negeri.

Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International Harry Su mengatakan beberapa sentimen negatif yang masih akan menghantui di tahun 2019 antara lain, kemungkinan adanya perlambatan ekonomi dampak dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI 7 day reverse repo rate (BI7DRRR) yang sudah cukup deras di sepanjang tahun 2018. Likuiditas akan lebih ketat di pasar.

Asal tahu saja, BI tercatat sudah menaikkan suku bunga acuan atau BI7DRRR sebesar 175 basis poin (bps) ke level 6%. Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan November 2018 defisit US$ 2,05 miliar.

Nilai ekspor November 2018 sebesar US$ 14,83 miliar, turun 6,69% dibanding bulan Oktober 2018 yang sebesar US$ 15,80 miliar. Dan turun secara tahunan sebesar 3,28% dari US$ 15,33 miliar. nilai impor masih lebih besar dari pada nilai ekspor yakni sebesar US$ 16,88 miliar. Nilai ini lebih kecil dari pada bulan Oktober 2018 yang tercatat US$ 17,62 miliar atau turun 4,47%. Sedangkan secara tahunan naik sebesar 11,68%.

Selain itu adapun menurut Harry sentimen negatif lain yang akan mendera adalah kemungkinan pendapatan dari korporasi yang melambat, neraca dagang yang defisit, ketidakpastian politik dan ekonomi China yang akan melambat di tahun 2019.

Kendati demikian, menurutnya ada beberapa saham yang dinilai masih akan defensif di tahun 2019 seperti BBCA, GGRM, UNVR ICBP dan KLBF.

“Kalau emiten fast moving consumer goods (FMCG) seperti UNVR, ICBP, GGRM dan KLBF memiliki produk yang tetap akan dipakai konsumen meskipun kondisi ekonomi yang sulit,” ujar Harry kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu.

Sedangkan untuk BBCA menurut Harry, termasuk emiten perbankan yang paling koservatif dan masih akan mendapatkan keuntungan di kondisi suku bunga yang menanjak. Asal tahu saja porsi dana murah BBCA terhadap dana pihak ketiga masih mencapai 77%. Dengan kata lain, pengelolaan dana BBCA masih akan lebih murah di kondisi bunga deposito atau dana mahal yang naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×