Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International Harry Su memperkirakan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserved/The Fed) atau Fed Fund Rate (FFR) di tahun depan berpeluang hanya satu kali. Proyeksi tersebut menurun, dibandingkan sebelumnya yakni tiga kali.
"Dari tiga kali, ke dua atau satu kali saja (kenaikan FFR). Proyeksi IHSG 2019 masih sama, yakni 6.700," kata Harry kepada Kontan.co.id, Kamis (20/12).
Untuk 2019, Samuel International mengaku tetap melihat peluang investasi di pasar saham. Meskipun, tahun depan ekonomi Tanah Air diperkirakan mengalami.
"Saat seperti ini, investor harus melihat risiko yang lebih rendah, saham likuid lebih akan bertahan terhadap risiko meningkatnya volatilitas di market," ungkapnya.
Dari sisi sektor, Harry mengatakan sektor konsumen masih lebih menarik di tahun depan. "Saya lebih prefer sektor consumer daripada komoditas," jelasnya.
Namun, investor lebih disarankan untuk bersikap defensif di 2019, sembari memantau perkembangan sentimen dan pasar. Adapun, rekomendasi saham defensif yakni BBCA, GGRM dan TLKM.
"Kalau akhir Desember biasanya ada window dressing, harus nya dipakai untuk keluar. Tahun depan, baru kita lihat sikonnya, tapi kalau untuk trading bisa kapan saja," ujar Harry.
Langkah Bank Indonesia (BI) yang memilih untuk mempertahankan suku bunga acuanya Desember ini, dianggap sebagai hal wajar. Mengingat, bank sentral sudah merespon lebih dulu rencana kenaikan FFR di November dengan menaikkan suku bunga acuan ke level 6%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News