Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan Credit Default Swap (CDS) atau persepsi risiko investasi di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir ternyata tidak hanya dipicu oleh sentimen eksternal saja. Terdapat sejumlah sentimen dari dalam negeri yang turut menjadi penyebab di balik naiknya CDS Indonesia.
Sebagai informasi, CDS Indonesia untuk tenor 5 tahun bertengger di level tertingginya di tahun ini yakni 159,13 pada perdagangan Jumat (26/10). Sepanjang bulan Oktober, CDS Indonesia tenor 5 tahun telah melonjak 22,30% (mtd).
CDS Indonesia tenor 10 tahun juga mengalami tren kenaikan. Hingga Kamis (25/10) lalu, CDS Indonesia tenor 10 tahun Indonesia telah naik 7,93% (mtd) sepanjang bulan Oktober ke level 227,18.
Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia, Anil Kumar menyampaikan, adanya sejumlah perusahaan yang menerbitkan obligasi global berdenominasi mata uang asing menjadi salah satu penyebab meningkatnya persepsi risiko investasi Indonesia.
Sebut saja, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang menerbitkan obligasi global dalam dua mata uang, yaitu US$ 1 miliar dan € 500 juta yang jika dijumlah setara dengan Rp 23,9 triliun.
Ada pula PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang berencana menerbitkan obligasi global pada tahun ini di Bursa Saham Singapura. Walau belum diketahui nominalnya, penerbitan obligasi global ini dilakukan untuk menutupi pinjaman bank atas proses akuisisi 51% saham PT Freeport Indonesia yang nilainya mencapai US$ 3,8 miliar.
“Para investor khawatir karena utang Indonesia dalam denominasi dollar AS bertambah di tengah pasokan mata uang tersebut yang minim,” ungkap Anil, Jumat lalu.
Selain itu, CDS Indonesia bergerak naik karena kekhawatiran bahwa neraca pembayaran Indonesia akan terus berada dalam posisi defisit selama empat kuartal di tahun ini. Hal tersebut bisa berdampak negatif terhadap pergerakan kurs rupiah di pasar.
Di luar itu, Anil tak menampik bahwa CDS Indonesia mengalami tren kenaikan karena banyaknya sentimen negatif eksternal yang terjadi belakangan ini. Salah satunya adalah jatuhnya bursa saham global. “Makanya kenaikan CDS juga dialami oleh negara-negara emerging market lainnya,” katanya.
Dia menambahkan, tren kenaikan CDS Indonesia diyakini masih bisa berlanjut dalam beberapa waktu ke depan jika ketidakpastian global terus terjadi. Akan tetapi, kenaikan CDS masih cukup wajar jika bergerak di kisaran 30—40 bps. “Jika lebih dari itu, mungkin bisa menjadi sinyal bahaya bagi pasar keuangan Indonesia,” imbuh Anil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News