kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Sentimen AS kerek harga minyak


Rabu, 19 Desember 2012 / 06:54 WIB
Sentimen AS kerek harga minyak
ILUSTRASI. Gedung kantor Sarana Multigriya Finansial atau SMF, BUMN keuangan di bidang pembiayaan sekunder perumahan


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Harga minyak terus naik sejak Jumat lalu, seiring spekulasi tercapainya kesepakatan antara Pemerintahan Barack Obama dengan Konggres Amerika Serikat (AS) untuk menghindari pemotongan anggaran dan kenaikan pajak.

Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Januari 2013 di bursa NYMEX naik 0,61% menjadi US$ 87,73 per barel pada Selasa (18/12) pukul 16.22 WIB, dibanding sehari sebelumnya. Banyak ekonom percaya, jika jurang fiskal tidak dihindari, ekonomi AS akan masuk resesi.

Jika pembuat kebijakan AS dapat menghindari jurang fiskal, hal tersebut akan mendukung ekonomi AS dan akan berdampak positif pada pergerakan harga minyak. Hal ini menjadi penegas bahwa kompromi politik merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh Barack Obama dan kongres.

Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures mengatakan, penguatan harga minyak ini memang utamanya ditopang harapan hasil positif negosiasi Obama dengan Kongres AS.

Obama telah mengajukan proposal baru bahwa kenaikan pajak hanya akan berlaku bagi masyarakat dengan pendapatan lebih dari US$ 400.000 per tahun, dari usulan sebelumnya US$ 250.000 per tahun. "Revisi proposal ini merupakan bentuk itikad baik Obama untuk mencapai kesepakatan dengan Kongres guna menghindari jurang fiskal sehingga AS terbebas dari ancaman resesi," kata Nizar.

Menurut Nizar, kenaikan harga minyak memang ditopang oleh sentimen positif dari AS. Selain itu, membaiknya data Purchasing Manager Index (PMI) China pun menyulut kenaikan harga. "China sebagai negara pengkonsumsi minyak terbesar kedua di dunia tentunya memiliki pengaruh yang besar terhadap harga minyak. Namun, saat ini dan kemungkinan sampai akhir tahun tampaknya masalah jurang fiskal akan menjadi fokus utama pasar," kata Nizar.

Ariana Nur Akbar, analis Monex Investindo Futures menambahkan, penguatan harga minyak, kemarin, juga ditopang oleh informasi mengenai ekspansi pipa minyak di Cushing, Oklahoma, AS.

Sebelumnya, pipa minyak di tempat penyimpanan minyak terbesar AS itu sempat mengalami kerusakan sehingga mengganggu pasokan minyak di AS. Perbaikan jaringan pipa ini akan rampung awal 2013. "Kesepakatan jurang fiskal merupakan faktor utama di bidang politik, sedangkan ekspansi jalur pipa minyak menjadi faktor ekonomi, walau efeknya tidak sebesar masalah jurang fiskal," kata Ariana.

Untuk hari ini, Nizar memprediksi, harga minyak akan bergerak di kisaran US$ 86,50-US$ 88,30 per barel. Sedangkan sampai akhir pekan ini, Nizar memprediksi, harga minyak akan bergerak antara US$ 85,90 - US$ 89 per barel. Ariana memperkirakan, harga minyak masih akan naik di kisaran US$ 86,52 – US$ 88,94 per barel, hari ini. Selama sepekan ke depan, Ariana memprediksi, harga minyak akan bergerak di kisaran US$ 86,05 – US$ 89,07 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×