Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat tipis setelah kemarin merosot di perdagangan terakhir kuartal ketiga. Selasa (1/10) pukul 7.12 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman November 2019 di New York Mercantile Exchange menguat 0,44% ke US$ 54,31 per barel.
Hari ini, harga minyak brent untuk pengiriman Desember 2019 di ICE Futures menguat 0,37% ke US$ 59,47 per barel. Harga minyak brent kemarin melorot 2,93% dalam sehari menjadi US$ 59,25 per barel.
Kemarin, harga minyak WTI merosot 3,29% dari harga akhir pekan lalu yang masih ada di US$ 55,91 per barel. Sepanjang bulan September, fluktuasi harga minyak WTI sangat tinggi dengan harga terendah US$ 53,76 per barel dan harga tertinggi US$ 62,67 per barel.
Sedangkan kisaran harga minyak brent sepanjang September adalah antara US$ 57,47 per barel hingga US$ 67,68 per barel. Meski fluktuasi tinggi akibat faktor geopolitik serangan ke fasilitas minyak Arab Saudi di pertengahan bulan, harga minyak mengawali dan menutup bulan September hanya dengan kenaikan 1,35% untuk minyak brent dan penurunan 1,49% untuk minyak WTI.
Baca Juga: Kinerja Barito Pacific (BRPT) Jeblok, Ini Kata Agus Salim Pangestu premium
Di kuartal ketiga, harga minyak brent mengakumulasi penurunan 7,13%. Ini adalah penurunan kuartalan terburuk sejak kuartal keempat 2018. Ketika itu, harga minyak brent anjlok 35%. Sedangkan harga minyak WTI turun 7,13% di kuartal ketiga tahun ini.
Pekan lalu, Saudi Aramco telah memulihkan kapasitas penuh ke level sebelum serangan. Kapasitas produksi Aramco kembali ke 11,3 juta barel per hari setelah serangan yang menutup 5,7 juta barel per hari produksi minyak Arab Saudi.
Pejabat Saudi mengatakan bahwa Aramco akan mencapai kapasitas produksi 12 juta barel per hari pada bulan November. "Pemulihan yang jauh lebih cepat daripada prediksi di tengah musim pemeliharaan pabrik pengolahan menyebabkan harga minyak tertekan," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates kepada Reuters.
Baca Juga: Lesu di triwulan III, bagaimana proyeksi IHSG di kuartal terakhir 2019?
Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman mengatakan bahwa dia lebih memilih solusi politis daripada solusi militer untuk merespons serangan 14 September lalu. Tapi dia mengingatkan bahwa harga minyak bisa meroket jika dunia tidak bersama-sama menekan Iran.
Potensi kenaikan harga minyak dari sisi permintaan sebenarnya tidak terlihat. Meski Amerika Serikat (AS) dan China akan maju ke meja perundingan pada 9-10 Oktober, kedua negara masih jauh dari kesepakatan. "Kekhawatiran yang muncul adalah permintaan minyak belum akan meningkat," kata Kyle Cooper, analis IAF Advisors kepada Reuters.
Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur China bulan September hanya naik tipis ke 49,8 dari bulan sebelumnya 49,5. Angka yang masih di bawah 50 ini menunjukkan kontraksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News