Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) berencana untuk mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp 2 triliun tahun ini. Emiten BUMN ini akan menutup kebutuhan dana belanja modal dari kas internal.
Direktur Keuangan Semen Indonesia Doddy Sulasmono Diniawan mengatakan, SMGR akan menggunakan capex ini untuk perawatan berkala. Meski tidak menjabarkan lebih lanjut, capex ini juga akan digunakan untuk pengembangan produk hilir Semen Indonesia.
Lewat bisnis hilir, Semen Indonesia berniat mengatasi masalah yang terjadi di industri semen saat ini yakni kelebihan pasokan (oversupply). “Ini upaya-upaya kami sebagai pondasi ke depan supaya lepas dari kendala oversupply,” kata Doddy, Selasa (11/2).
Baca Juga: Prospek Solusi Bangun Lebih Baik, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham SMCB
Dengan demikian, SMGR diharapkan mampu untuk menjadi bukan hanya perusahaan semen, namun juga menjadi penyedia bahan bangunan yang inovatif, terbaru, dan bernilai tambah. Sebagai langkah awal, hari ini, Semen Indonesia melakukan rebranding dengan meluncurkan logo baru SIG (Semen Indonesia Group).
Data yang dihimpun Kontan.co.id, hingga Oktober 2019 volume penjualan semen SMGR sebanyak 21,54 juta ton atau turun 4,1% dibandingkan dengan penjualan pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Industri Semen akan Lebih Baik, Ini Rekomendasi untuk Saham SMGR, INTP, dan SMBR
Meski demikian, Doddy masih enggan menyebut angka pasti mengenai realisasi penjualan tahun lalu. Pun begitu ketika ditanya mengenai target volume penjualan hingga pendapatan tahun ini. “Kalau di atas target sih iya. Tunggu kami masih proses closing audit,” sambung dia.
Rekomendasi hold
Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan mengatakan, industri semen masih akan dibayangi oleh kondisi oversupply. Menurut Meilki, kebijakan relaksasi loan to value (LTV) baru akan berdampak pada purchasing power sektor properti pada kuartal I-2020. Hal ini memungkinkan adanya proyek-proyek baru yang akan membantu serapan bagi produk semen.
Dengan demikian, maka pendapatan dua emiten semen terbesar di Indonesia yaitu SMGR dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) bisa tumbuh masing-masing di level 3,1% secara year-on-year (yoy) dan 2,5% pada 2020.
Meski demikian, Meilki merekomendasikan investor untuk hold semua saham emiten semen. Untuk SMGR, Meilki mematok hold dengan target harga di level Rp 14.300 hingga Desember 2020.
“Karena empat emiten semen seperti, SMGR, INTP, SMCB, dan SMBR sudah dengan price to earning (PE) di atas 40 kali, maka saya masih merekomendasikan hold untuk keempatnya,” ujar Meilki pekan lalu.
Baca Juga: Tahun ini, Semen Baturaja (SMBR) optimistis penjualan tembus 2,6 juta ton
Dalam riset, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin memperkirakan pendapatan SMGR pada kuartal IV 2019 diproyeksi mencapai Rp 12 triliun, sehingga pendapatan emiten pelat merah tersebut dapat mencapai Rp 40,2 triliun sepanjang 2019 atau meningkat 30,9% secara tahunan.
Mimin juga menilai, akusisi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) yang dahulu bernama PT Holcim Indonesia Tbk membuahkan hasil yang manis. Sebab, volume produksi semen SMGR sepanjang 2019 diperkirakan menjadi 42,6 juta ton atau melesat 28,5% secara tahunan.
Untuk itu, Mimi merekomendasikan beli saham SMGR. “Kami mempertahankan rekomendasi beli saham SMGR, namun kami menaikkan target harga menjadi Rp 14.700 per saham (dari Rp 14.500),” tulis Mimi dalam riset, (24/1).
Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) tegaskan bakal terus perkuat pasar regional
Sementara itu, Meilki menilai strategi ekspor cukup efektif untuk meminimalisir penjualan yang masih melemah di pasar domestik. Akan tetapi, dia menilai strategi tersebut hanya memiliki efek positif bagi SMGR yang memiliki pangsa pasar ekspor di Asia Pasifik.
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, pada periode Januari hingga Oktober 2019, SMGR berhasil mencatatkan volume penjualan ekspor sebesar 3,38 juta ton dari fasilitas produksinya di Indonesia. Adapun negara yang menjadi pangsa pasar ekspor SMGR seperti Bangladesh, India, Sri Lanka, Maladewa, Filipina, dan Timor Leste.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News