Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Jumat (24/4), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terkoreksi 28,63%. Akan tetapi, selama sebulan perdagangan, IHSG telah bergerak di zona hijau dan naik 3,62%.
Meski demikian, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai, langkah IHSG pada bulan depan masih cukup terjal. Salah satunya adalah aksi sell in May and go away yakni kecenderungan investor untuk melakukan aksi jual di bulan Mei dengan tujuan menghindari penurunan kinerja pasar modal pada periode Mei hingga Oktober.
Tak pelak, aksi jual pun diperkirakan masih akan berlanjut bulan depan. “Masih akan berlanjut. Minggu ini saja asing masih net sell,” ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Minggu (26/4).
Baca Juga: Krisis global diprediksi pulih pada semester I-2021, bagaimana nasib pasar saham?
Melansir RTI, investor asing telah meninggalkan pasar saham tanah air bahkan sejak awal tahun atau secara year-to-date. Sejak awal tahun, jumlah dana asing yang kabur dari pasar ekuitas tanah air mencapai Rp 17,57 triliun di semua pasar dan Rp 21,07 triliun di pasar regular.
Dalam perdagangan pekan lalu, jumlah dana asing yang menguap dari pasar saham tanah air cukup jumbo, yakni mencapai Rp 2,59 triliun di pasar regular dan Rp 2,67 triliun di semua pasar.
Selain itu, Nafan menilai IHSG akan diberatkan oleh rilis data ekonomi, salah satunya purchasing managers' index (PMI) manufaktur negara-negara maju.
Baca Juga: IHSG diprediksi masih tidak bertenaga bulan depan, ini rekomendasi analis
PMI manufaktur di Amerika Serikat (AS) misalnya, untuk periode April 2020 berada di 36,9. Angka ini anjlok dari pencapaian PMI pada Maret 2020 yakni 48,5. Bahkan, PMI Manufaktur AS pada periode April 2020 menjadi yang terendah dalam 11 tahun terakhir. Tidak hanya AS, PMI di Jepang dan Australia juga ikut turun.
Pun begitu dengan PMI Manufaktur Indonesia, yang dilaporkan per Maret 2020 sebesar 45,3 atau turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu di angka 51,9. “Perkembangan vaksin masih mengalami perjalanan yang panjang. Sementara kekhawatiran mengenai Covid-19 jadi masih tetap ada. Hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya resesi perekonomian global,” sambung Nafan.
Adapun Nafan merekomendasikan investor agar memasang mode selektif, yakni memilih saham dengan dengan memanfaatkan periode pembagian dividen. Selain itu, dalam jangka panjang tentunya investor harus mencermati emiten mana saja yang memiliki prospek positif.
Baca Juga: IHSG peringkat kelima di ASEAN, target penurunan terdekat bisa menyentuh 3.800
Untuk proyeksi bulan Mei 2020, Nafan memperkirakan maksimal level support IHSG akan berada di kisaran 3.900 sementara maksimal level resistance akan berada di kisaran 4.900.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News