Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Investor asing juga berpeluang menanamkan modalnya ke sektor ini saat perusahaan menara telekomunikasi membutuhkan pendanaan. Sebagaimana diketahui, modal yang dibutuhkan untuk membangun menara telekomunikasi memang cukup besar.
Meskipun begitu, Anissa juga melihat ada efek negatif yang dapat ditimbulkan dari kebijakan ini bagi perusahaan menara dalam negeri. Menurut dia, diperbolehkannya investor asing untuk melakukan penanaman modal secara langsung pada sektor ini akan membuat persaingan di sektor menara semakin kompetitif.
"Terutama terkait jual beli menara telekomunikasi. Sebagai contoh, baru-baru ini, PT Indosat Tbk melakukan perjanjian jual dan sewa kembali menara ke PT EPID Menara AssetCo yang merupakan salah satu anak perusahaan dari Edge Point Singapura," ucap Anissa.
Akan tetapi, untuk saat ini, Anissa menilai, saham-saham menara telekomunikasi yang berada dalam pantauannya, yakni TOWR dan TBIG masih memiliki prospek yang menarik. Terlebih lagi, kedua emiten tersebut sama-sama membukukan kenaikan pendapatan belasan persen dan laba bersih lebih dari 20% sepanjang tahun 2020.
Baca Juga: Lewat dua aksi korporasi, Solusi Tunas Pratama (SUPR) mengincar dana jumbo
Anissa merekomendasikan investor untuk buy TOWR dengan target harga Rp 1.300 per saham dan hold TBIG dengan target harga Rp 2.830 per saham. Sementara Chris merekomendasikan buy TOWR dan TBIG dengan target harga masing-masing Rp 1.400 per saham dan Rp 3.200 per saham.
Pada perdagangan Selasa (4/5), harga TOWR turun 0,45% menjadi Rp 1.115 per saham. Sementara TBIG anjlok 4,81% ke level Rp 2.570 per saham.
Baca Juga: Rasio kolokasi meningkat, pendapatan Tower Bersama (TBIG) naik 13,39% pada 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News