kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor-sektor ini bakal terdampak jika dolar AS terus menguat


Rabu, 08 Desember 2021 / 13:27 WIB
Sektor-sektor ini bakal terdampak jika dolar AS terus menguat
ILUSTRASI. Jika dolar AS terus menguat maka beberapa sektor akan terpengaruh, di antaranya ada dari sektor farmasi dan otomotif.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menguat pada perdagangan pasar spot Rabu (8/12). Kurs rupiah berada di Rp 14.340 per dolar AS di pasar spot.

Rupiah menguat 0,24% ketimbang penutupan perdagangan Selasa (7/12) yang juga melesat 0,42% dari perdagangan Senin (6/12). Sebelumnya, Mata Uang Garuda tidak pernah menguat dalam 12 hari perdagangan. Pada 12 November, pairing USD/IDR berada di level 14.202. Namun pada Senin (6/12) rupiah ditutup di level Rp 14.442, melemah 1,68% di hadapan dolar AS.

Ivan Rosanova, analis Binaartha Sekuritas mengatakan, jika dolar AS terus menguat maka beberapa sektor akan terpengaruh, di antaranya ada dari sektor farmasi dan otomotif. Seperti diketahui, bahan baku farmasi atau spare part otomotif masih impor. Sehingga emiten seperti KAEF dan ASII bakal terpengaruh jika dolar AS melanjutkan tren penguatannya.

"Kemudian emiten yang menerbitkan global bonds seperti MEDC dan ADRO maupun emiten ritel seperti ACES dan MAPI juga berdampak. Emiten-emiten tersebut berpotensi menanggung biaya lebih tinggi pada bahan baku maupun pembayaran kupon obligasinya," jelas Ivan, Rabu (8/12).

Baca Juga: IHSG naik ke 6.617 hingga akhir sesi I, net buy asing terbesar di saham AVIA

Menurut Ivan, strategi yang dapat dilakukan emiten akan tergantung terhadap kondisi masing-masing. Namun yang pasti, ia memandang situasi seperti ini sudah biasa dihadapi oleh emiten-emiten tersebut sehingga tidak perlu terlalu dikhawatirkan mengingat penguatan dolar AS pun masih tergolong wajar.

"Untuk emiten yang diuntungkan tentu yang melakukan ekspor sehingga pendapatannya dalam mata uang dollar AS seperti pertambangan dan komoditas CPO," tambah Ivan.

Meskipun pelemahan rupiah saat ini menjadi pemberat bagi pergerakan harga beberapa emiten terdampak, Ivan menilai pada tahun depan masih ada harapan untuk kembali bangkit jika pemulihan ekonomi terus berlangsung.

Baca Juga: Kurs rupiah kokoh menguat ke Rp 14.338 per dolar, Rabu (8/12) siang

Secara umum, Ivan merekomendasikan buy on weakness dengan target harga untuk KAEF target harga Rp 2.600, ASII target harga Rp 6.200, MEDC target harga Rp 540, ADRO dengan target harga Rp 2030, ACES dengan target harga Rp 1.400, dan MAPI dengan target harga Rp 840.

Analis Pilarmas Investindo Okie Setya Ardiastama menambahkan, sektor yang umumnya melakukan impor pada bahan baku seperti barang baku, barang konsumsi, dan farmasi dinilai cukup tertekan apabila rupiah terdepresiasi.

Okie menuturkan, emiten yang mendapat efek negatif dari penguatan dolar AS dapat melakukan hedging guna meminimalisir risiko dari naiknya beban produksi.

"Kami melihat depresiasi rupiah saat ini sifatnya hanya sementara mengingat berdasarkan APBN 2021 rupiah dipatok Rp 14.350," jelas Okie.

Okie melanjutkan, prospek pemulihan dari kinerja juga dinilai masih sejalan, sehingga sentimen depresiasi rupiah masih sesuai dengan asumsi awal. Okie merekomendasikan buy saham LSIP dengan target harga Rp 1.460, AALI dengan target harga Rp 13.975, dimana target tersebut berlaku untuk 12 bulan ke depan.

Baca Juga: IHSG menguat 0,23% ke 6.617 hingga tutup sesi I Rabu (8/12)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×