kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   -5.000   -0,25%
  • USD/IDR 16.882   -23,00   -0,14%
  • IDX 6.730   51,56   0,77%
  • KOMPAS100 970   4,78   0,49%
  • LQ45 754   3,71   0,50%
  • ISSI 214   1,50   0,71%
  • IDX30 392   1,84   0,47%
  • IDXHIDIV20 471   3,12   0,67%
  • IDX80 110   0,38   0,35%
  • IDXV30 115   -0,03   -0,02%
  • IDXQ30 129   0,93   0,73%

Sektor Infrastruktur Masih Lemah dan Tertekan, Simak Prospek Kinerjanya


Senin, 28 April 2025 / 05:30 WIB
Sektor Infrastruktur Masih Lemah dan Tertekan, Simak Prospek Kinerjanya
ILUSTRASI. Kinerja IDX Infrastructures sejak awal tahun 2025 lebih rendah dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/25/04/2025


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sektor infrastruktur masih lemah. Bahkan, kinerja IDX Infrastructures sejak awal tahun 2025 lebih rendah dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Asal tahu saja, IHSG ditutup di level 6.678 pada perdagangan Jumat (25/4) kemarin. Sejak awal tahun, IHSG turun 5,56% secara year to date (YtD).

Sementara, melansir data di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan kinerja IDX Infrastructures secara YtD lebih dalam daripada penurunan IHSG. Per 25 April, IDX Infra turun 9,68% YtD.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas melihat, meskipun IHSG membaik dalam beberapa waktu belakangan, tetapi sektor infrastruktur belum menjadi pendorong utama.

“Sebab, mayoritas konstituen IDX Infra, terutama yang berbobot besar, mengalami koreksi harga,” katanya kepada Kontan, Jumat (25/4).

Baca Juga: Tren Penyaluran Dividen Awal Tahun Melemah, Ini Sebabnya

Ambil contoh, PT Indosat Tbk (ISAT) yang punya bobot tertinggi di indeks yaitu 10,69%, tercatat turun 25,60% YtD. Lalu, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dengan bobot 10% terhadap indeks, turun 35,31% YtD. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang berbobot 9%, turun 15,27% YtD.

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) yang berbobot 8,3% terhadap IDX Infra, turun 10,85% YtD. Kemudian, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yang berbobot 3,5%, turun 37,17% YtD.

Menurut Sukarno, emiten telekomunikasi bisa jadi penopang terbatas di kuartal II 2025. Emiten telko adalah penopang positif utama IDX Infra berkat prospek stabil dan transformasi digital.

Namun, tekanan sektor konstruksi membuat IDX Infra sulit bangkit penuh dalam jangka pendek. Emiten konstruksi dan infrastruktur jalan cenderung menjadi pemberat indeks, karena tekanan keuangan, bunga tinggi, dan risiko proyek.

“Emiten energi terbarukan menjanjikan, namun valuasi dan realisasi proyek harus jadi perhatian,” paparnya.

PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dinilai bisa jadi penopang, karena harga saham sedang mengalami tren naik dan dapat sentimen positif akibat kenaikan tarif tol di tahun ini. “JSMR secara bobot juga cukup besar di indeks ini,” katanya.

Sukarno pun merekomendasikan beli untuk JSMR dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga masing-masing Rp 5.500 per saham dan Rp 3.200 per saham.

PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Indri Liftiany melihat, secara keseluruhan IDX Infra memiliki performasi yang lemah dibandingkan indeks sektoral lainnya. Penurunan yang terjadi pada IDXInfra disebabkan oleh penurunan signifikan saham BREN sebagai saham yang memiliki bobot besar dalam sektor tersebut.

Baca Juga: Berikut Penyebab Beberapa Sekuritas Revisi Target IHSG Tahun Ini

Penurunan yang terjadi pada saham BREN disebabkan oleh aksi jual besar-besaran yang terjadi pada awal bulan Februari 2025.

“Kala itu, MSCI mengumumkan bahwa pihaknya tidak mempertimbangkan saham BREN, PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) untuk masuk ke dalam rebalancing indeks MSCI,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (25/4).

Di kuartal II hingga akhir tahun 2025, kinerja IDXInfra diperkirakan akan berada dalam tren netral cenderung melemah. Hal ini disebabkan oleh dampak negatif yang ditimbulkan oleh adanya ketidakpastian global mengenai tarif.

“Sebab, meskipun kekhawatiran akan tarif sudah cukup mereda, namun tentunya akan membutuhkan beberapa waktu untuk mengembalikan kinerja IDXInfra menjadi positif,” paparnya.

Sejauh ini, kinerja IDXInfra juga masih memiliki ketergantungan yang besar pada saham BREN. Sehingga, sentimen positif dan negatif pada saham BREN bisa menjadi penentu arah kinerja IDXInfra.

“Berdasarkan informasi terakhir, MSCI pun masih enggan memasukkan BREN dalam daftar inklusi pada review untuk penetapan indeks bulan Mei 2025,” ungkapnya.

Indri pun merekomendasikan buy on breakout untuk BREN di level Rp 6.225 per saham. Target harga pertama ada di Rp 6,625 per saham dan target harga kedua Rp 7.175 per saham. Sebaiknya stop loss jika harga menyentuh Rp 6.000 per saham.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menambahkan, menurunnya kinerja IDX Infra disebabkan oleh berkurangnya alokasi APBN untuk pembangunan infrastruktur di masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Baca Juga: IHSG Menguat 0,99% ke 6.678 pada Jumat (25/4), UNVR, ARTO, CTRA Jadi Top Gainers LQ45

Namun, kembali jelasnya kelanjutan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara setidaknya meringankan efek berat dari sentimen buruk tersebut.

Di sisi lain, suku bunga Bank Indonesia (BI) yang masih tinggi juga memberatkan kinerja seluruh emiten konstituen IDX Infra, termasuk untuk emiten telekomunikasi yang menopang indeks.

Alhasil, mau tidak mau membaiknya kinerja konstituen IDX Infra harus menunggu BI menurunkan suku bunga acuan di tahun ini. Asal tahu saja, BI menahan suku bunga di level 5,75% di bulan April 2025.

“Penurunan suku bunga bisa jadi peluang untuk kembali konsentrasi melanjutkan pembangunan infrastruktur lantaran ada reduction of borrowing cost,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (27/4).

Nafan pun merekomendasikan accumulative buy untuk ADHI, ISAT, PTPP, dan TLKM dengan target harga terdekat masing-masing Rp 274 per saham, Rp 1.935 per saham, Rp 456 per saham, dan Rp 3.410 per saham.

Selanjutnya: Juni 2025 Cair, Polisi Akan Terima Gaji ke-13 100% Gaji & Tunjangan, Berapa?

Menarik Dibaca: Promo McD 28-29 April, Beli Banyak Ayam Goreng Makin Hemat Mulai Rp 45.000-an

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×