kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah sentimen berikut akan menyetir IHSG pekan ini, apa saja?


Senin, 21 September 2020 / 13:37 WIB
Sejumlah sentimen berikut akan menyetir IHSG pekan ini, apa saja?
ILUSTRASI. Petugas membelakangi layar informasi pergerakan harga saham pada layar elektronik di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/9/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat (18/9) sore ditutup menguat 20,82 poin atau 0,41 persen ke posisi 5.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,85%. Terakhir, IHSG menguat 20,82 poin atau 0,41% ke level 5.059,22 pada akhir perdagangan Jumat (18/9).

Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr memproyeksikan  IHSG cenderung menguat terbatas sepanjang pekan ini, dengan level support 5.002 dan resistance di 5,109. Zamzami menilai, tidak banyak sentimen dari dalam negeri yang akan menyetir IHSG. “Mungkin, investor akan tetap memantau angka kasus Covid yang kembali rekor kemarin Sabtu (19/9),” ujar Zamzami, Minggu (20/9).

Adapun sentimen eksternal yang mesti dicermati pekan depan meliputi pengumuman suku bunga loan prime rate China, data inventory minyak yang dirilis Energy Information Administration (EIA), diskusi stimulus fiskal AS, hingga tunjangan pengangguran AS.

Baca Juga: IHSG melemah 0,22% ke 5.048 pada sesi I hari ini, asing lepas BBCA, INDF dan ASII

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan selama seminggu ini IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 5.000 sampai 4,754 dan resistance di level 5.100 sampai 5.187. Dari global, pelaku pasar menanti rancangan undang-undang (RUU) stimulus fiskal untuk mengantisipasi virus corona yang diperkirakan senilai US$ 1,5 triliun. 

Tetapi komentar dari Ketua DPR, Nancy Pelosi dan Kepala Staf Gedung Putih, Mark Meadows, menunjukkan partai Demokrat dan Republik masih jauh dari kesepakatan stimulus fiskal lanjutan.

Pelaku pasar juga memperhatikan data ekonomi yang lemah dan ketidakpastian prospek ekonomi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bank Sentral AS, The Fed ,tentang laju pemulihan ekonomi yang melambat. Angka klaim pengangguran masih tetap tinggi semenjak pandemi covid 19. Data Housing Starts dan indeks Bisnis Philadelphia menunjukkan penurunan.

Sebenarnya The Fed telah menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran pada tahun 2020 ke level yang lebih baik. Tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam diprediksi akan terkontraksi -3.7% lebih baik dari prediksi sebelumnya -6.5%.

Baca Juga: Berbalik arah, IHSG kembali menguat pada perdagangan Senin (21/9)

Dari benua biru, Hans mencatat negara-negara Eropa menghadapi lonjakan kasus Covid -19 dalam beberapa minggu terakhir. Kementerian Kesehatan Prancis melaporkan jumlah infeksi korona baru tertinggi dalam satu hari sejak wabah virus ini menyebar.

Beberapa negara Eropa seperti Denmark dan Yunani mengumumkan mulai mengadakan pembatasan baru untuk menurunkan infeksi virus yang melonjak di beberapa kota besar. Sementara Inggris dilaporkan sedang mempertimbangkan penguncian nasional baru atau lockdown.

Saham-saham terkait travel, banking dan otomotif mengalami tekan turun seiring kenaikan kasus infeksi virus corona baru dan rencana pembatasan baru di beberapa Negara di kawasan Eropa. Hal ini menghidupkan kembali kekhawatiran dampak pandemi pada pemulihan ekonomi yang baru mulai tampak setelah pelonggaran lockdown.

Baca Juga: Tekanan jual masih kuat, ini rekomendasi saham Samuel Sekuritas untuk hari ini (21/9)

Sementara dari dalam negeri, keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan menjadi katalis positif. BI lebih mengutamakan stabilitas keuangan dalam mendukung perekonomian Indonesia dan mengindikasikan Bank Sentral tetap independen.  BI juga memastikan kepada pelaku pasar bahwa perjanjian burden sharing dengan pemerintah hanya untuk tahun 2020.

Pemberlakuan PSBB Jakarta yang tidak sama persis dengan pemberlakuan PSBB periode pertama atau lebih longgar mampu mendorong IHSG naik di awal pekan lalu. PSBB total ditempuh akibat kenaikan angka infeksi harian dan angka kematian Covid-19 tertinggi di wilayah Jakarta.

“Tetapi dampak PSBB Total yang longgar tetap diperkirakan akan mengganggu aktivitas bisnis dan perusahaan,” terang Hans.

Selanjutnya: Badai Beta bikin harga minyak acuan berbalik menguat tipis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×