Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) terlepas dari level terendahnya atau Rp 50 per saham, salah satunya PT SLJ Global Tbk (SULI). Setelah lebih dari setahun tidur di level gocap, saham PT SLJ Global Tbk akhirnya mencatat kenaikan hingga 34% menjadi Rp 67 per saham, Jumat (24/9).
Akan tetapi, harga sahamnya turun 5,97% menjadi Rp 63 per saham pada perdagangan kemarin Senin (27/9). Kemudian, menurun lagi 6,35% pada perdagangan hari ini Selasa (28/9) menjadi Rp 59 per saham.
Selain SULI, ada 15 saham lain yang pergerakannya meningkat dibandingkan harga di akhir tahun 2020 yang berada di Rp 50. Saham-saham tersebut adalah AYLS (Rp 238 per saham), BABP (Rp 268 per saham), BAPA ( Rp 63 per saham), BIMA (Rp 181 per saham), BIPP (Rp 56 per saham), BKSL (Rp 59 per saham), dan DGIK (Rp 73 per saham).
Baca Juga: Wall Street tumbang pada awal perdagangan Selasa (28/9)
Selain itu ada KBAG (Rp 52 per saham), LMAS (Rp 101 per saham), MINA (Rp 54 per saham), MYTX ( Rp 83 per saham), REAL (Rp 114 per saham), SATU (Rp 70 per saham, VIVA (Rp 51 per saham), dan YELO (Rp 380 per saham).
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mencermati, pssikologi pasar biasanya cenderung kurang berani untuk investasi di saham-saham ini, terutama di saham-saham dengan kinerja yang negatif. Oleh karenanya, suatu saham mampu terkerek dari level terendah biasanya terdorong sentimen rencana perusahaan melakukan rights issue di masa yang akan datang.
Sukarno mengamati, rights issue bisa menarik minat pelaku pasar untuk melirik saham-saham yang berada di level terendah itu. Apalagi, untuk bisa membuat harganya bangkit dari level 50, saham-saham tersebut membutuhkan market maker.
Selain itu, saham-saham bisa naik dari level gocap terdorong ekspektasi pasar terhadap kinerja yang berpotensi tumbuh atau berbalik dari negatif menjadi positif.
Baca Juga: Jumlah investor pasar modal meningkat pesat selama periode Januari-Agustus 2021
Senada, Analis Philip Sekuritas Helen menanggapi, kenaikan harga saham-saham dari level gocap biasanya terdongkrak katalis penggerak seperti perbaikan kinerja keuangan, kabar mengenai merger dan akuisisi, ataupun backdoor listing.
Kendati harga suatu saham sudah lepas dari level gocap, Helen merekomendasikan investor untuk tetap berhati-hati. Investor perlu mencermati, kenaikan saham memang dipicu fundamental atau kenaikan saham terjadi secara tiba-tiba tanpa ada faktor pengerek satupun.
"Karena saham gocap umumnya cukup volatile dalam perdagangan," kata Helen kepada Kontan.co.id, Senin (27/9). Di sisi lain, kenaikan harga saham juga bisa dipicu oleh likuiditas yang kecil. Sehingga, suatu saham yang sudah lepas dari level Rp 50 rawan kembali ke level terendahnya.
Selain mencermati hal di atas, kata Helen, investor juga perlu melihat perubahan sektor usaha suatu emiten ke industri yang dinilai lebih menjanjikan. Investor juga bisa mempertimbangkan valuasi dan kondisi kesehatan keuangan emiten. Adapun hal-hal tersebut juga berlaku pada saham-saham yang saat ini terjebak dalam level gocap.
Baca Juga: Didominasi sentimen global, simak prediksi pergerakan IHSG untuk Rabu (29/9)
Asal tahu saja, selain 16 saham yang mampu naik dari harga terendahnya, Kontan mencermati ada juga saham-saham yang justru terjebak pada level gocap saat ini. Misalnya ANDI, CTTH, DADA, DEAL, dan DPUM. Pada akhir tahun 2020, saham ANDI masih berada di harga Rp 53 per saham, CTTH di Rp 55 per saham, DADA di Rp 52 per saham, DEAL di Rp 142 per saham, dan DPUM di Rp 52 per saham.
Sukarno menambahkan, jika sudah terlanjur masuk ke saham-saham gocap, investor bisa menunggu terlebih dahulu, di samping tetap memeriksa kembali kondisi fundamentalnya untuk melihat sentimen positif yang berpotensi mengerek harga sahamnya di masa mendatang.
Mencermati fundamental juga perlu dilakukan untuk saham-saham yang sudah lepas dari level gocap. Investor perlu menelusuri alasan fundamental yang membuat harga suatu saham gocap bisa meningkat.
Baca Juga: Nasib rupiah esok ditentukan oleh pernyataan Jerome Powell di hadapan senat AS
"Saham yang sudah bangkit dari Rp 50 lebih spekulatif dan harus tetap hati-hati," ungkap Sukarno kepada Kontan.co.id, Selasa (28/9).
Adapun di antara saham-saham gocap yang berhasil terkerek di atas, Sukarno melihat saham BKSL paling memungkinkan dicermati. Mengingat, kinerjanya di semester I 2021 ini bisa berbalik dari rugi menjadi laba.
Sekadar informasi, BKSL mengantongi pendapatan bersih Rp 2,42 triliun sepanjang semester pertama 2021. Capaian ini meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 159,3 miliar. Di sisi lain, BKSL mampu mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga Rp 294,47 miliar. Kondisi ini berbalik dari sebelumnya merugi hingga Rp 234,49 miliar.
Baca Juga: United Tractors (UNTR) akan menebar dividen interim Rp 1,25 triliun, ini jadwalnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News