Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank sental mulai memangkas suku bunga acuannya. Meski begitu, prospek terhadap mata uang diperkirakan belum akan meningkat signifikan di tengah ketidakpastian yang tinggi.
Lihat saja mata uang pasangan GPBUSD yang ambles 1,12% dalam 24 jam terakhir ke 1,31592 per Senin (12/5) pukul 18.26 WIB, berdasarkan Trading Economics. Padahal, Bank of England belum lama memutuskan memotong suku bunganya 25 basis poin (bps).
Pasangan EURUSD juga merosot 1,41% dalam 24 jam terakhir setelah European Central Bank memangkas suku bunga pada April kemarin. Secara bulanan, mata uang EUR turun 2,24% ke 1,10947 per Senin (12/5) pukul 18.26 WIB.
Baca Juga: Mata Uang Utama Tertekan Keperkasaan Dolar AS, Ini yang Masih Jadi Pilihan
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan turunnya sejumlah mata uang utama seiring dolar Amerika Serikat (AS) yang kembali menguat. Sebagai informasi, indeks dolar (DXY) kembali naik ke level 101, mengakumulasi penguatan 1,91% dalam sepekan.
Ibrahim menuturkan, penguatan dolar AS didorong oleh sejumlah faktor.
Pertama, dari pertemuan the Fed yang mempertahankan suku bunga pada pekan lalu.
"Bahkan ada indikasi bank sentral AS itu akan mempertahankan di level tinggi sampai benar-benar perang dagang usai dan inflasi stabil," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (12/5).
Kedua, pertemuan antara AS dengan Iran dalam pembahasan reaktor nuklir terkait pengayaan Uranium. Nah, ada kekhawatiran kegagalan pertemuan itu dapat menyebabkan gesekan geopolitik.
Baca Juga: Pilah-Pilih Mata Uang Utama Saat Dolar AS Tak Berdaya
Ketiga, konflik Rusia-Ukraina yang masih terus berlanjut sehingga diperkirakan akan ada sanksi ekonomi yang lebih tegas lagi kepada Rusia dari Eropa dan AS.
"Lalu China yang juga menolak adanya pengenaan tarif," paparnya.