kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,28   -13,21   -1.43%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah Emiten Menghadapi Jatuh Tempo Obligasi, Total Nilai Lebih Dari Rp 38,3 T


Senin, 26 September 2022 / 20:39 WIB
Sejumlah Emiten Menghadapi Jatuh Tempo Obligasi, Total Nilai Lebih Dari Rp 38,3 T
ILUSTRASI. Ada 59 obligasi korporasi yang akan jatuh tempo tahun 2022 dengan nilai Rp 38,3 triliun.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat ada 59 obligasi korporasi yang akan jatuh tempo (maturity) hingga akhir tahun 2022. Total nilainya mencapai lebih dari Rp 38,3 triliun.

Separuh lebih dari obligasi yang segera jatuh tempo tersebut dihadapi oleh emiten atau entitas usahanya. Sisanya, mayoritas berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sekadar gambaran, emiten yang segera menghadapi jatuh tempo obligasi korporasi antara lain ada PT Timah Tbk (TINS). Dengan nilai Rp 626 miliar, masa jatuh tempo obligasi TINS pada 28 September 2022.

Selanjutnya, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) yang akan jatuh tempo pada 10 Oktober 2022 senilai Rp 1,5 triliun serta pada 18 Desember 2022 dengan jumlah obligasi sebesar Rp 796,81 miliar.

Baca Juga: Kurs Dolar AS Menguat Berkat Kenaikan Suku Bunga, IHSG Terkoreksi

PT Indosat Tbk (ISAT) juga punya dua obligasi korporasi yang jatuh tempo di sisa tahun ini. Yakni pada 9 November 2022 sejumlah Rp 498 miliar, serta pada 8 Desember 2022 senilai Rp 130 miliar.

Emiten petrokimia Barito Grup juga punya obligasi jatuh tempo pada bulan Desember 2022. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) pada 19 Desember 2022 sebesar Rp 479 miliar dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) sebesar Rp 120,25 miliar yang akan jatuh tempo pada 12 Desember 2022.

Emiten menara telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) juga menghadapi jatuh tempo obligasi korporasi senilai Rp 1,45 triliun. Masa jatuh tempo obligasi ini pada 20 Desember 2022.

Selain emiten di atas, ada juga PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) dengan nilai obligasi Rp 101 miliar yang akan jatuh tempo pada 9 Desember 2022. Lalu, PT Lautan Luas Tbk (LTLS) dengan obligasi sebesar Rp 285,5 miliar yang akan jatuh tempo pda 28 November 2022.

Emiten pun punya cara yang berbeda menghadapi masa jatuh tempo obligasi tersebut. Ada yang sudah menyiapkan pembayaran memakai kas internal perusahaan, ada juga yang memakai pembiayaan campuran lewat pinjaman perbankan. 

Baca Juga: GOTO Raih Rating Outperform dari Macquarie Sekuritas, Ini Alasannya

LTLS misalnya, akan memakai pembiayaan campuran antara kas internal dengan fasilitas perbankan. Meskipun tren suku bunga acuan sedang meningkat, namun manajemen LTLS masih optimistis menggunakan skema tersebut.

"Sejauh ini rencana pembayaran dilakukan menggunakan kas internal dan fasilitas bank," kata Investor Relations Manager LTLS Eurike Hadijaya saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (26/9).

Beda cerita dengan ISSP. Corporate Secretary & Investor Relation ISSP Johannes W. Edward menyatakan, pembayaran jatuh tempo obligasi masih sesuai dengan rencana, yakni menggunakan kas internal perusahaan.

ISSP belum berencana menggunakan fasilitas pembiayaan lainnya. Terlebih, ISSP pun memitigasi efek dari kenaikan tingkat suku bunga acuan. Johannes bilang, mitigasi tersebut bertumpu pada dua langkah.

Pertama, mengoptimalkan manajemen modal kerja dengan perbaikan dari inventory management. "Kedua, melakukan refinancing terhadap fasilitas berbunga tinggi yang masih tersisa," imbuh Johannes.

Baca Juga: Perusahaan Kongsi Boy Thohir dan Northstar Obral Saham Indosat (ISAT) Rp 1,1 Triliun

Emiten lain yang sudah menyiapkan kas internal untuk membayar obligasi jatuh temponya adalah TBIG. "Sumber dananya dari cash internal. Kita sudah siapkan pembayarannya," ujar Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso.

Senada, Direktur TPIA Suryandi juga menyampaikan obligasi yang jatuh tempo pada 12 Desember 2022 akan dilunasi dari kas perusahaan. Di sisi lain, dia menambahkan bahwa TPIA kemungkinan akan kembali menerbitkan obligasi pada tahun 2023.

"Untuk penerbitan obligasi selanjutnya, perencanaan tahun depan tergantung pada kondisi pasar. Untuk detail seberapa besar atau penggunaan, tentunya akan kami kaji kembali pada waktunya," terang Suryandi.

Baca Juga: Bisnis Nikel Mulai Hasilkan Cuan, Cek Rekomendasi Saham Harum Energy (HRUM)

Penerbitan obligasi memang menjadi salah satu strategi pembiayaan yang dilirik saat ini. ISAT, misalnya, akan kembali menerbitkan obligasi yang sebagiannya dipakai untuk pembayaran utang.

SVP-Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison, Steve Saerang mengungkapkan, pihaknya sedang dalam proses penawaran umum berkelanjutan Obligasi dan Sukuk Ijarah IV Tahap I tahun 2022 yang diperkirakan akan selesai pada Oktober 2022.

"Hasil penawaran umum Obligasi dan Sukuk tersebut salah satunya akan digunakan untuk membayar utang Perseroan dalam mata uang rupiah," kata Steve.

Baca Juga: Harga Komoditas Masih Akan Solid, Simak Rekomendasi Saham Emiten Tambang Logam Ini

Obligasi vs Suku Bunga Tinggi

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menyoroti, di tengah era suku bunga acuan yang bergerak naik, pelunasan utang lebih cepat menjadi momentum yang menarik bagi emiten. Termasuk untuk melakukan refinancing utang yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat.

Menurut Praska, masih terbuka peluang untuk mencari pendanaan yang relatif murah pada sisa tahun ini. Sebab, ada potensi biaya pendanaan akan semakin tinggi di tahun depan. 

Hal itu sejalan dengan tren kenaikan suku bunga mengikuti sentimen The Fed maupun kondisi inflasi di dalam negeri. "Bisa jadi momentum cari bunga yang masih murah di tengah potensi kelanjutan kenaikan suku bunga," kata Praska.

Baca Juga: Bergerak Uptrend, Simak Rekomendasi Saham Emiten BUMN

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana punya catatan serupa. Pada umumnya, obligasi jatuh tempo akan digantikan dengan obligasi baru. Kupon akan mengikuti tren suku bunga serta rating dari emiten yang bersangkutan.

"Di tengah kenaikan suku bunga juga lebih baik emiten yang sudah memutuskan pendanaan via obligasi menerbitkan saat ini, karena bila tahun depan ada potensi suku bunga masih bisa naik lagi," terang Wawan.

Di sisi lain, Wawan menyoroti, emiten besar yang akan menghadapi jatuh tempo obligasi cenderung memiliki rasio lancar yang cukup untuk menutup kewajiban jangka pendeknya. Sehingga, potensi gagal bayar akan minim.

Sedangkan Praska mengingatkan agar emiten perlu memitigasi efek tren suku bunga tinggi. Lantaran beban bunga bisa saja mengganggu cash flow emiten, jika rasio utangnya sudah tinggi. Apalagi jika diperburuk dengan prospek bisnis yang tidak kondusif.

Baca Juga: Mencuri Peluang Saham Saat Resesi Mengancam

Menurut Praska, emiten perlu memperhatikan solvabilitas agar meminimalkan risiko gagal bayar. "Juga dapat mempertimbangkan penambahan modal baru via rights issue di tengah era suku bunga tinggi agar tetap dapat berekspansi mengejar pertumbuhan bisnis," kata Praska.

Praska pun melihat, mayoritas emiten yang akan menghadapi jatuh tempo obligasi, masih punya kondisi yang solvable dalam memenuhi kewajibannya. Namun, investor disarankan tetap memperhatikan tren kinerja keuangan emiten, apakah mulai melambat atau masih bisa melesat.

Di antara emiten yang menghadapi jatuh tempo obligasi di sisa tahun ini, Praska merekomendasikan emiten perbankan untuk bisa dikoleksi. Yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA).

Emiten lainnya yang menarik dikoleksi adalah INKP, PT Mayora Indah Tbk (MYOR), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Target harga INKP berada di Rp 10.000, MYOR di Rp 2.000 dan Rp 4.600 sebagai target harga MDKA.

Sedangkan Wawan menjagokan saham INKP, TBIG, BBRI, dan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) sebagai pilihan investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×