Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumat (8/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,20% ke level 6.177,99. Tapi, IHSG masih tercatat turun 0,27% secara year to date.
Sejumlah analis optimistis IHSG pada kuartal akhir tahun ini bakal kembali menguat. Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana memproyeksi, IHSG akan menyentuh 6.500 atau meningkat sekitar 3% sampai tutup tahun ini.
Salah satu sentimen positif yang bisa menopang kenaikan IHSG adalah window dressing. Wawan mengatakan, secara historis window dressing dapat menguatkan IHSG antara 2% hingga 3%.
Posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia yang meningkat pada Oktober lalu menjadi US$ 126,7 miliar turut menjadi sentimen positif pasar saham. Wawan mengatakan, hal ini bisa menjadi faktor meningkatnya pergerakan IHSG.
Baca Juga: Rupiah berpotensi melanjutkan penguatan di awal pekan
Kemudian, pasar juga tengah menunggu program atau kebijakan dari pemerintahan yang baru.
“Harapannya di bulan ini atau bulan depan sudah diumumkan, kebijakannya seperti apa, harapannya bisa jadi sentimen positif,” kata Wawan, Jumat (8/11).
Selanjutnya sentimen positif dari global yaitu meredanya perang dagang antara Amerika Serikat AS dengan China.
Wawan mengatakan, target IHSG 6.500 ini sudah direvisi dari target awal tahun bisa mencapai 6.900. Pemangkasan target pergerakan IHSG ini dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Begitu juga untuk kinerja emiten pada kuartal III 2019. Menurut Wawan, capaian kinerja emiten masih di bawah ekspektasi.
Adapun sebagian perusahaan yang mencetak pertumbuhan kinerja, akan tetapi trennya menurun ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya.
“Ada beberapa perusahaan yang kinerjanya positif, tapi pertumbuhannya hanya sekitar 7% hingga 8%,” tambahnya.
Baca Juga: Simak prediksi IHSG untuk perdagangan Senin (11/11)
Wawan menambahkan, saham-saham berkapitalisasi besar masih memiliki prospek yang menarik dalam jangka waktu panjang.
“Saham-saham big caps yang terkoreksi misalnya saja dari sektor perbankan BBCA dan BBRI, secara laporan keuangan baik tapi kemarin terkoreksi karena beberapa sentimen,” paparnya.
Selain dari sektor perbankan, saham-saham dari sektor telekomunikasi juga masih menarik.
Wawan merekomendasikan investor untuk buy saham TLKM dengan target harga Rp 4.500, kemudian ISAT dengan harga Rp 3.400, dan EXCL dengan harga Rp 3.500.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony pun memprediksi IHSG akan ditutup di level 6.500 hingga 6.600 pada 2019.
“Sentimen positif ada perang dagang yang sepertinya akan berakhir dan window dressing,” kata Chris, Jumat (8/11).
Sementara beberapa pemberat IHSG yaitu dari sektor perbankan lantaran bunga kredit berpeluang turun. Chris menyarankan investor untuk jeli melihat peluang seiring dengan banyaknya saham-saham murah di bursa saat ini.
Beberapa sektor yang menurut Chris menarik meliputi sektor pertambangan, CPO, konstruksi, dan telekomunikasi.
Biasanya, harga batubara dan CPO bakal menguat. Sedangkan untuk sektor konstruksi biasanya akan mendapat pembayaran pada akhir tahun.
Baca Juga: IHSG menguat tipis pada perdagangan terakhir jelang akhir pekan
Ia menyarakan investor buy UNTR dengan target harga Rp 25.000, PTBA Rp 27.000, TLKM Rp 4.500, dan WIKA Rp 2.300 per saham.
Bahkan, Head of Research Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe percaya IHSG bisa menembus level 6.900 hingga 7.000.
Meski berat, sambungnya, namun ada beberapa katalis positif yang bisa membawa IHSG ke level 6.900.
Kiswoyo percaya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksikan 5,02% masih terbilang cukup baik, sehingga belum menurunkan target pergerakan IHSG.
Kondisi politik yang sudah stabil dan adanya window dressing juga dipercaya mampu membawa IHSG ke level 6.900.
“The Fed juga diharapkan menurunkan suku bunga satu kali lagi, atau mengeluarkan pernyataan akan menurunkan suku bunga berapa kali untuk tahun depan,” kata Kiswoyo.
Baca Juga: Saudi Aramco menyebut risiko serangan teroris dan antimonopoli dalam prospektus IPO
Dia menambahkan, saham sektor perbankan dan konsumer masih menarik. Kedua sektor ini merupakan kontributor terbesar yang menggerakkan IHSG.
Kiswoyo merekomendasikan investor untuk beli saham ASII dengan target harga Rp 7.500 per saham, kemudian BMRI dengan target harga Rp 7.400, BBNI dengan target harga Rp 8.800, serta UNVR Rp 50.000 per saham.
Kemudian saham HMSP dengan target harga Rp 2.800, GGRM dengan target harga Rp 68.000.
“Dari harga sekarang masih ada range naik, itu saham yang paling mungkin untuk window dressing,” pungkas Kiswoyo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News