Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23-24 Mei 2022. Sejumlah analis memprediksi BI masih akan mempertahankan tingkat suku bunga di 3,50%.
Analis Kiwoom Sekuritas Rizky Khaerunnisa memperkirakan, suku bunga BI masih akan sama tertahan di level 3,50%, meskipun saat ini level inflasi cukup tinggi. “Tapi potensi kenaikan suku bunga di tahun ini masih tetep ada, proyeksinya 2-3 kali kenaikan berdasarkan asumsi BI,” ujarnya ketika dihubungi Minggu (22/5).
Secara terpisah, Equity Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti memaparkan, per Maret 2022 lalu, giro wajib minimum (GWM) sudah dinaikkan dan terus berlanjut naik secara bertahap pada Juni dan September nanti.
Ia memprediksikan, suku bunga BI akan naik untuk merespons kenaikan Fed Fund Rate yang cukup agresif karena spread suku bunga Indonesia dengan AS terus mengecil dan berpengaruh pada minat investasi.
“Tinggal waktunya saja yang masih dipertimbangkan melihat situasi dan kondisi,” kata Desy.
Baca Juga: Para Ekonom Memperkirakan BI Masih Tahan Suku Bunga Acuan pada Mei 2022
Desy memperkirakan, BI belum akan mengerek suku bunga pada bulan ini. Meskipun inflasi Indonesia saat ini 3,4% yoy atau sudah hampir mendekati target BI sejalan dengan melambungnya harga komoditas dan momentum Ramadan-Lebaran. Namun yang menjadi pertimbangan lainnya yaitu pantauan terhadap kasus Covid-19 yang dikhawatirkan meningkat kembali pasca dibuka kembali izin mudik.
Di lain sisi, kata Desy, jika BI menaikkan tingkat suku bunga maka akan berimbas pada penurunan harga saham perbankan secara jangka pendek. Peningkatan suku bunga memang akan memberatkan gerak saham bank karena suku bunga yang dinaikkan berarti membatasi gerak likuiditas perbankan dan dapat membantu meredam pergerakan uang beredar di masyarakat.
Meski demikian, ia bilang, saham-saham perbankan tetap prospektif secara jangka menengah hingga panjang karena kenaikan suku bunga pengaruhnya tidak begitu signifikan terhadap permintaan kredit.
“Kami melihat hal ini lebih bergantung pada kebutuhan dan preferensi masyarakat. Terlebih negara kita dalam fase pemulihan ekonomi yang mana perbankan diuntungkan dengan tren tersebut,” tambah Desy.
Dari jajaran saham perbankan, Desy menyarankan agar pelaku pasar bisa melirik saham bluechip yang memiliki fundamental dan likuiditas baik. Ia merekomendasikan beli saham BBNI dengan target harga di Rp 9.997, BMRI dengan target harga Rp 9.764, dan BBCA dengan target harga Rp 8.398 per saham.
Rizky juga memandang saham-saham perbankan masih memiliki prospek menarik seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik dan juga kinerja emiten yang mulai pulih, serta pulihnya pertumbuhan kredit di tahun ini.
Baca Juga: Lima Saham Perbankan Ini Jadi Pemberat IHSG pada Mei 2022
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News