kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sejak Pandemi, Kepemilikan Bank di SBN Terus Meningkat


Kamis, 13 Januari 2022 / 21:01 WIB
Sejak Pandemi, Kepemilikan Bank di SBN Terus Meningkat
ILUSTRASI. Bank memimpin jumlah kepemilikan akan Surat Berharga Negara (SBN) terbanyak di antara institusi lain.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank memimpin jumlah kepemilikan akan Surat Berharga Negara (SBN) terbanyak di antara institusi lain. Likuiditas yang meningkat saat pandemi Covid-19 jadi penyokong bank lebih banyak membeli SBN. 

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, jumlah kepemilikan bank di SBN di awal tahun hingga 11 Januari 2022 mencapai Rp 1.646 triliun. Jumlah tersebut naik dari akhir 2021 yang mencapai Rp 1.591 triliun. Sementara, di akhir 2020 jumlah kepemilikan bank di SBN sebesar Rp 1.375 triliun. 

Head of Fixed Income Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Gama Yuki mengatakan, kepemilikan bank di SBN naik beberapa tahun belakangan ini karena kondisi pandemi Covid-19 yang membuat likuiditas perbankan meningkat tajam. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), total dana pihak ketiga (DPK) di perbankan naik signifikan dalam dua tahun terakhir mencapai 12%-14% per tahunnya. 

Baca Juga: Pemerintah Akan Melelang 7 Seri SUN dengan Target Rp 37,5 triliun pada Selasa (18/1)

Namun, kenaikan DPK tidak sebanding dengan kenaikan penyaluran kredit. Angka penyaluran kredit dalam dua tahun terakhir justru menurun sebesar 4%. 

Dampaknya, perbankan memiliki kelebihan likuiditas karena tidak dapat menyalurkan kredit dan membeli SBN sebagai alternatif mengatasi kelebihan likuiditas tersebut. 

"Kepemilikan dalam SBN juga dianggap sebagai investasi yang minim risiko jika dibandingkan obligasi korporasi, sehingga ini jadi pilihan bank," kata Gama, Kamis (13/1). 

Gama menilai dengan porsi kepemilikan bank yang cukup besar dibandingkan porsi investor asing yang menurun, maka kondisi pasar seperti ini cukup ideal memberi katalis positif bagi pasar obligasi untuk pergerakan harga yang lebih stabil. 

Baca Juga: Harga SUN Seri Benchmark Terkoreksi di Awal Tahun 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×