Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Emiten sektor perbankan wajib memenuhi peraturan Bank Indonesia mengenai kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) sebesar 8%-14% dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR). Akibat dari penyesuaian Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 15/12/PBI/2013 ini, sejumlah emiten perbankan berancang-ancang menurunkan porsi dividen atas laba bersih bagi investor, demi memperkuat permodalannya.
Ambil contoh, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Kedua bank pelat merah itu sudah menyatakan niat untuk menurunkan porsi pembagian dividen atas laba bersih tahun 2013, menjadi sebesar 20%. Tahun-tahun sebelumnya, porsi dividen BBRI dan BBNI sebesar 30%.
Berdasarkan data BI per Oktober 2013, KPMM BBNI tercatat 16,08%. Sedangkan, KPMM BBRI sebesar 17,38%.
Analis OSO Securities, Muhammad Alfi Syahr mengatakan, kebijakan perbankan menurunkan porsi dividen tersebut bisa dimaklumi. Kala kondisi likuiditas ketat, hanya cara ini yang dinilai tepat untuk menjaga permodalan perbankan.
Disisi lain, secara total BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 175 basis poin di tahun lalu ke posisi 7,5%. Kondisi ini tentunya meningkatkan risiko kredit macet bank. "Sebaiknya dividen dikurangi sebagai retained earning alias laba ditahan," lanjut Alfi.
Tentu saja, rencana bank tersebut bakal menimbulkan sentimen negatif dalam jangka pendek. Namun, jika cara ini efektif mengembangkan kinerja lantaran modal berkecukupan naik, sentimennya akan berbalik arah.
Analis Panin Sekuritas, Raymond Budiman juga bilang, pemotongan dividen merupakan langkah paling baik untuk mendongkrak modal bank. Sebab, likuiditas pasar saat ini cukup ketat, sehingga mencari dana pinjaman rada sulit dan berbunga mahal.
Cara lain, semisal menerbitkan saham baru (rights issue) juga tak gampang. Terlebih bagi bank BUMN karena harus mendapat restu DPR. "Sehingga, cara palingĀ gampang suntikan modal dari dividen," ujar Alfi.
Secara umum, analis Batavia Posperindo Securities, Andi Ferdinand menilai, kinerja emiten sektor perbankan saat ini terbilang bagus. BBRI, misalnya, sukses mencetak laba bersih Rp 21,16 triliun di 2013, atau naik 14,2%.
Dus, prospek saham emiten perbankan masih bagus. Cuma, kata Andi, investor perlu mencermati tren kenaikan suku bunga. "Tetapi untuk investasi jangka panjang, masuk sekarang masih aman," tandasnya.
Andi menyarankan buy saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), BBRI, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Sedangkan, Alfi menyarankan saham BMRI untuk investasi jangka pendek, dan BBRI untuk jangka panjang. Adapun, Raymond lebih merekomendasikan buy saham BBCA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News