CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Schroders Indonesia: Dana Kelolaan Industri Reksadana Berpotensi Meningkat di 2024


Jumat, 12 Januari 2024 / 17:21 WIB
Schroders Indonesia: Dana Kelolaan Industri Reksadana Berpotensi Meningkat di 2024
ILUSTRASI. Schroders Indonesia memproyeksikan peningkatan dana kelolaan reksadana di tahun 2024.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Schroders Indonesia memproyeksikan peningkatan dana kelolaan reksadana di tahun 2024. Kondisi pasar obligasi dan saham yang lebih solid diharapkan bisa menarik lebih banyak aliran dana investasi ke instrumen reksadana.

Chief Investment Officer (CIO) Schroders Indonesia Irwanti melihat, adanya potensi pertumbuhan dana kelolaan industri reksadana di tahun 2024. Optimisme tersebut seiring dengan ekonomi Indonesia yang dinilai masih menawarkan kekuatan fundamental yang solid.

“Kami melihat bahwa dana kelolaan industri reksadana di tahun 2024 masih berpotensi untuk tumbuh,” ungkap Irwanti kepada Kontan.co.id, Kamis (11/1).

Irwanti mengatakan, secara umum pertumbuhan dana kelolaan reksadana akan datang dari kelas aset obligasi dan saham. Selain itu, peningkatan literasi dan inklusi investasi ke investor terutama investor retail juga memberikan peran untuk meningkatkan basis investor reksadana di tanah air.

Baca Juga: Pada Tahun Ini, Reksadana Pendapatan Tetap Diramal Masih Tawarkan Imbal Hasil Menarik

Dari sisi pasar saham, Schroders Indonesia mengekspektasikan narasi yang seharusnya mendukung performa saham di tahun 2024. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan solid mendekati 5% dan pertumbuhan laba perusahaan yang sehat sekitar 11-12%YoY merupakan katalis penguatan untuk pasar saham.

Manajer Investasi (MI) ini menyoroti beberapa poin penting di tahun 2024 yakni meliputi kebijakan yang lebih dovish dari Federal Reserve AS yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi Indonesia dan pasar-pasar negara berkembang lainnya.

Pasar juga menanti pertumbuhan ekonomi China dimulai dari basis rendah (low base) dengan stimulus yang cukup, sehingga dapat mendorong pemulihan ekonomi mereka lebih baik di tahun 2024. Stimulus dari China dapat memberikan dukungan untuk komoditas berbasis logam pada tahun 2024.

Irwanti menjelaskan, harga komoditas yang stabil akan mendukung margin emiten konsumer. Tahun politik juga dapat membantu penjualan barang-barang kebutuhan pokok konsumen (consumer staples goods). Selain itu, relaksasi PPN baru-baru ini dapat membantu mendukung laba perusahaan-perusahaan properti. Bank-bank besar pun seharusnya mampu memberikan kinerja laba yang solid.

Namun patut diwaspadai adanya kebisingan politik karena tahun 2024 adalah tahun pemilu. Meskipun setelah pemilu, pasar seharusnya kembali fokus pada faktor fundamental.

“Pemilu akan menjadi noise di pasar yang pada saat ini membuat investor asing cenderung wait and see. Namun pasca pemilu, pasar akan kembali menyesuaikan dengan kondisi melihat kejelasan lebih lanjut dari kandidat yang terpilih,” ujar Irwanti.

Likuiditas domestik juga perlu dipantau, sejalan dengan Bank Indonesia (BI) yang telah mengetatkan likuiditas pada semester kedua tahun 2023. Ooleh karena itu, likuiditas akan menjadi perhatian investor pada tahun 2024 sebagai stimulus pertumbuhan.

Schroders Indonesia memandang bahwa berita tentang pemangkasan suku bunga oleh The Fed akan menjadi tema dominan di tahun 2024 dan ini akan menguntungkan investor negara berkembang, khususnya yang memiliki inflasi rendah, fiskal yang prudent, dan pertumbuhan yang stabil seperti Indonesia.

“Satu risiko utama dari pandangan ini adalah bahwa tahun 2024 adalah tahun pemilu untuk Indonesia, yang berarti bahwa mungkin ada perubahan dalam kebijakan, terutama dalam pengelolaan fiskal,” imbuh Irwanti.

Menurut Irwanti, kelas aset obligasi berpotensi untuk memberikan kinerja dan pertumbuhan dana kelolaan yang baik di tahun 2024. Penurunan suku bunga yang terjadi seharusnya memberikan narasi bagi pemulihan pasar obligasi pada semester pertama tahun 2024.

Sentimen tersebut juga bisa memberikan dorongan untuk pasar saham pada periode berikutnya karena pasar saham biasanya tertinggal dan mengikuti pasar obligasi. Pada akhirnya, sektor-sektor yang menjadi proxy pasar obligasi juga dapat merasakan sentimen dari penurunan imbal hasil obligasi.

“Kami meyakini tahun 2024 akan menjadi tahun obligasi. Reli obligasi yang tertunda di tahun 2023 sekarang bergeser ke tahun 2024,” tuturnya.

Baca Juga: Reksadana Berbasis ESG Tetap Menarik, Simak Komentar Dua Manajer Investasi Ini

Irwanti menambahkan, reksadana campuran juga bisa menjadi alternatif bagi investor yang ingin memperoleh eksposur di saham dan obligasi. Namun perlu selalu diingat oleh investor untuk menyesuaikan pilihan instrumen investasi dengan profil risiko dan tujuan investasi masing-masing.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai Asset Under Management (AUM) pengelolaan investasi per 29 Desember 2023 tercatat sebesar Rp 824,73 triliun, dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana tercatat sebesar Rp 501,46 triliun. Selama tahun 2023, NAB reksadana menurun 0,67%ytd, namun masih mencatatkan net subscription sebesar Rp8,98 triliun.

Adapun total dana kelolaan Schroders Indonesia per Desember 2023 sebesar Rp 70,78 triliun. Dana kelolaan reksadana Schroders Indonesia didominasi oleh kelas aset saham (sekitar 64%) diikuti oleh kelas aset pendapatan tetap (sekitar 15%), dan selebihnya adalah kelas aset campuran, pasar uang dan terproteksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×