Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR002 resmi dijajakan bagi investor mulai tanggal 28 April 2016 hingga 19 Mei 2016.
Menurut Ivan Jaya, Head of Wealth Management Citi Indonesia, besaran kupon SBR002 yang dipatok minimal 7,5% cukup menggiurkan. Sebab, tren penurunan suku bunga deposito sedang melanda Tanah Air setelah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga sebanyak tiga kali dengan total nilai 75 bps ke level 6,75%.
Apalagi pada awal Maret 2016, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merevisi capping bunga deposito menjadi batas atas 75 basis poin (bps) di atas BI rate untuk bank BUKU 4 dan batas atas 100 bps di atas BI rate untuk bank BUKU 3.
“Tingkat kupon SBR002 sebesar LPS rate ditambah 25 bps merupakan tingkat kupon yang kompetitif. Terutama setelah tingkat suku bunga maksimum deposito kini dibatasi,” terangnya.
Ivan berpendapat, fitur tingkat kupon mengambang dengan tingkat kupon minimal 7,5% akan memberikan keuntungan bagi para investor.
Apalagi di waktu mendatang, membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia membuka ruang bagi BI untuk kembali memangkas suku bunga acuan. Kinerja mata uang Garuda cukup stabil di level Rp 13.000-an. Begitu pula dengan tingkat inflasi dalam negeri yang dipatok 3% - 5%. Walhasil, masih ada potensi penurunan bunga deposito.
“Produk SBR002 dengan tingkat kupon minimal 7,5% akan memberikan kepastian bagi nasabah apabila terjadi penurunan tingkat suku bunga,” paparnya.
Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja menambahkan, SBR002 juga tergolong bebas risiko gagal bayar alias risk free karena diterbitkan oleh pemerintah. “Kuponnya juga sangat menarik,” terangnya.
Budi Raharjo, Direktur OneShildt Financial Planning berpendapat, keunggulan SBR002 juga bersumber dari pajak atas bunga yang dipatok 15%. Angka tersebut lebih rendah ketimbang pajak atas bunga deposito yang mencapai 20%.
Namun, Budi mengingatkan, investor kudu mencermati tenor SBR002 yang mencapai dua tahun, lebih lama ketimbang instrumen deposito yang biasanya berusia kurang dari setahun. “Harus diperhatikan masalah likuiditas. Investor harus menyiapkan dan darurat karena SBR002 hanya bisa dicairkan di awal (early redemption) maksimal 50%.
Di kala pasar domestik masih rentan terkoreksi oleh faktor eksternal semisal isu perlambatan ekonomi global serta rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed, Budi berpendapat, SBR002 akan menjadi instrumen yang memberikan kepastian bagi investor. “Jika investor ingin memperoleh keuntungan yang lebih tinggi ketimbang deposito, SBR002 bisa menjadi salah satu alternatif investasi,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News