kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SBN Tenor Panjang Tengah Dihindari Karena Sensitif Terhadap Perubahan Suku Bunga


Rabu, 18 Mei 2022 / 18:30 WIB
SBN Tenor Panjang Tengah Dihindari Karena Sensitif Terhadap Perubahan Suku Bunga
ILUSTRASI. Sentimen global masih mempengaruhi pasar obligasi atau surat berharga negara (SBN) di Indonesia.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen global masih mempengaruhi pasar obligasi atau surat berharga negara (SBN) di Indonesia. Para pelaku pasar sedang menanti rilis data ekonomi terbaru dan mengamati petunjuk dari bank sentral global terkait kebijakan moneter.

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan, pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampak mempengaruhi pergerakan dari indeks obligasi pemerintah, yang terefleksi melalui INDOBex Government Total Return yang melemah 3,29% sejak awal tahun atau year to date (ytd) 17 Mei 2022.

"Dari pengamatan Edvisor.id, indeks obligasi pemerintah lewat Edvisor Total Government Bonds Index juga melemah 3,480% secara ytd. Sementara yield SBN 10 tahun juga melesat ke 7,35% atau tertinggi dalam 1 tahun sekaligus mengonfirmasi penurunan pada harga pasar SBN," ujar Praska kepada Kontan.co.id, Rabu (18/5). 

Baca Juga: Dibayangi Kenaikan Suku Bunga, Bagaimana Prospek Pasar Obligasi Indonesia?

Praska mengatakan, CDS tenor 5 tahun Indonesia naik ke level 124 bps atau tertinggi dalam satu tahun terakhir. Sentimen kenaikan suku bunga acuan The Fed dan memanasnya laju inflasi di AS dan dalam negeri menjadi pemicu koreksi di pasar obligasi, terutama SBN.

Menurut Praska, kondisi ini membuat investasi di SBN tenor panjang di atas 10 tahun menjadi kurang menarik. SBN tenor panjang sangat sensitif dengan potensi kenaikan suku bunga acuan dalam negeri.

Melihat hal tersebut Praska menilai investasi di SBN untuk tahun 2022 ini tampaknya masih dalam tekanan, terutama untuk surat utang tenor panjang di atas 10 tahun. Ini karena terbukanya peluang kenaikan suku bunga acuan BI 7 Day Repo Rate.

Baca Juga: Investor Berburu Obligasi Yield Tinggi, Lelang SBSN Ramai

Sedangkan untuk tenor pendek sampai menengah, Praska melihat ada potensi penurunan harga tapi tidak sedalam tenor panjang. Sehingga surat utang tenor pendek hingga menengah bisa menjadi alternatif buat investor. 

Ini juga terlihat pada tren kepemilikan asing di SBN pada tenor pendek menengah di bawah 10 tahun yang naik ke 72% per April 2022 dari posisi akhir tahun lalu di kisaran 70,5%. Peningkatan kepemilikan asing terbanyak pada tenor pendek 1-2 tahun.

Praska mengatakan, SUN seri FR0056, FR0064, dan FR0070 menjadi sampel SBN yang aktif ditransaksikan karena bertenor pendek dan memiliki yield yang relatif menarik. 

Baca Juga: Kupon SBR011 Diproyeksikan Naik, Ini Tanggal Penawarannya

Untuk proyeksi tahun 2022 ini, Praska melihat pasar SBN melalui Edvisor Total Government Bonds Index berpeluang mencetak kinerja di rentang -5% hingga 3% karena efek tekanan sentimen suku bunga acuan dan tingginya laju inflasi.

Saat ini, secara rata-rata, yield SBN tenor di bawah 5 tahun berada di kisaran 6%. Sementara untuk tenor 5-10 tahun berada di kisaran 6%-7,5%. Yield SUN tenor di atas 10 tahun berada di kisaran 7%-7,7%. 

Dengan yield SBN 10 tahun yg sudah menembus 7,3%, rata-rata yield saat ini sudah lebih tinggi ketimbang periode sama tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×